
Zaman Digital Hari Gini, kok Masih Ada Joki di Pasar Modal?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 July 2019 13:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Adi, bukan nama sebenarnya, siang itu datang ke penawaran umum perdana saham calon emiten yang bergerak di bisnis kemasan, PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk di Kantor Cabang Bank Mandiri, Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia tidak sendiri, Adi datang bersama dua orang rekannya.
Jangan kaget, mereka datang sebagai joki saham.
"Lumayan daripada tidak ada kerjaan," begitu tutur Adi saat ditemui CNBC Indonesia, Selasa (2/7/2019).
Siang itu, suasana di depan Kantor Cabang Bank Mandiri di BEI cukup ramai, antrean calon investor pun mengular hingga ke luar ruangan.
Adi menuturkan, dirinya memang dibayar untuk oleh seorang koordinator untuk membeli saham perusahaan yang melangsungkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) mulai 1 hingga 4 Juli 2019. Sejak hari pertama, antrean untuk membeli saham berlangsung ramai sejak pagi. Penjamin emisinya yakni PT Kresna Sekuritas.
Satyamitra Kemas melepas 1,3 miliar saham baru atau setara 32,10% saham kepada publik dengan harga penawaran umum Rp 193/saham. "Saya diminta membeli 6.000 saham," tuturnya.
Calon investor lainnya, Indah, nama samaran, juga menuturkan hal yang sama. Dia sama sekali tidak mengerti mengenai saham, hari itu dia datang untuk membeli saham Satyamitra Kemas karena diberitahu seorang rekan bahwa calon emiten tersebut bakal memiliki prospek yang bagus ke depan. Hal ini kata juga terlihat dari prospektus yang diterimanya.
"Hitung-hitung saya belajar juga soal saham," kata dia.
Indah datang bersama rekan lainnya menggunakan angkutan umum yang disewa. Angkutan tersebut menjemput mereka sejak pagi. Kemudian, Indah mengantre berdasarkan beberapa kloter. Setelah penawaran umum selesai, dia diminta menyerahkan formulir beserta fotokopi KTP kepada koordinator.
Sebetulnya, fenomena joki saham bukan barang baru. Praktik yang sama juga pernah terjadi ketika penawaran umum perdana saham PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) 2010 silam. Benakat kini sudah bernama PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk.
Kala itu, melansir Detik.com, ada sekitar 200 joki yang terlibat untuk membeli saham, mereka datang berkelompok yang datang dari Kebon Jeruk dan Manggarai. Joki saham juga ditemui dalam IPO PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang ditangani oleh PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM).
Kemudian ada pula joki saham di IPO dari PT Trada Maritime Tbk (TRAM) yang ditangani oleh PT Danatama Makmur.
Rugikan Investor Ritel
Franky Rivan, Senior Research Analyst Kresna Sekuritas mengatakan, adanya praktik joki saham ini akan merugikan bagi investor ritel.
"Ketika ada joki nanti porsi ritel akan lebih sedikit, karena lebih banyak diambil joki, ini yang harus diperhatikan investment bankers, karena berhubungan langsung dengan investor," kata Franky saat ditemui di BEI, Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Dia menilai, sekuritas sebagai investment bankers agar ke depan lebih berhati-hati mendistribusikan saham kepada investor. Itu karena dengan adanya praktik ini, porsi saham bagi investor ritel tidak terbagi secara merata.
Sebab itu, ke depan seharusnya calon investor yang datang ke penawaran umum harus dicek berdasarkan single investor identification (SID). Tidak hanya itu, terbuka kemungkinan ke depan regulator merevisi aturan bila praktik joki ini berdampak negatif bagi investor ritel.
"Bisa dicek berdasarkan SID, karena kalau subscribe ke IPO, SID dimasukkan mungkin dibatasi satu SID hanya bisa berapa persen sharenya atau Rupiah yang dialokasikan," tandasnya.
Menjawab hal ini, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono Widodo menyatakan, otoritas bursa akan mulai menerapkan mengenai aturan mengenai batasan minimum penjatahan kepada investor ritel atau electronic bookbuilding.
"Makanya akan diperkenalkan electronic bookbuilding, rencananya akhir September ini diluncurkan," kata Laksono Widodo, kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/7/2019).
BEI menyebut, adanya electronic bookbuilding tersebut diharapkan bisa menjangkau investor yang lebih luas dan memberikan persebaran yang lebih baik bagi investor ritel untuk bookbuilding saham-saham perusahaan yang melangsungkan IPO.
Selain itu, penjatahan kepada investor ritel diklaim bisa lebih transparan.
Jadi, jika sudah beres tentu pelaku pasar berharap joki saham bisa dihilangkan.
Simak kiprah pemain baru di BEI.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article IHSG Ambles 17% Sejak Januari, 24 Perusahaan Tetap Antre IPO
Jangan kaget, mereka datang sebagai joki saham.
"Lumayan daripada tidak ada kerjaan," begitu tutur Adi saat ditemui CNBC Indonesia, Selasa (2/7/2019).
Adi menuturkan, dirinya memang dibayar untuk oleh seorang koordinator untuk membeli saham perusahaan yang melangsungkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) mulai 1 hingga 4 Juli 2019. Sejak hari pertama, antrean untuk membeli saham berlangsung ramai sejak pagi. Penjamin emisinya yakni PT Kresna Sekuritas.
![]() |
Satyamitra Kemas melepas 1,3 miliar saham baru atau setara 32,10% saham kepada publik dengan harga penawaran umum Rp 193/saham. "Saya diminta membeli 6.000 saham," tuturnya.
Calon investor lainnya, Indah, nama samaran, juga menuturkan hal yang sama. Dia sama sekali tidak mengerti mengenai saham, hari itu dia datang untuk membeli saham Satyamitra Kemas karena diberitahu seorang rekan bahwa calon emiten tersebut bakal memiliki prospek yang bagus ke depan. Hal ini kata juga terlihat dari prospektus yang diterimanya.
"Hitung-hitung saya belajar juga soal saham," kata dia.
Indah datang bersama rekan lainnya menggunakan angkutan umum yang disewa. Angkutan tersebut menjemput mereka sejak pagi. Kemudian, Indah mengantre berdasarkan beberapa kloter. Setelah penawaran umum selesai, dia diminta menyerahkan formulir beserta fotokopi KTP kepada koordinator.
Sebetulnya, fenomena joki saham bukan barang baru. Praktik yang sama juga pernah terjadi ketika penawaran umum perdana saham PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) 2010 silam. Benakat kini sudah bernama PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk.
Kala itu, melansir Detik.com, ada sekitar 200 joki yang terlibat untuk membeli saham, mereka datang berkelompok yang datang dari Kebon Jeruk dan Manggarai. Joki saham juga ditemui dalam IPO PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang ditangani oleh PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM).
Kemudian ada pula joki saham di IPO dari PT Trada Maritime Tbk (TRAM) yang ditangani oleh PT Danatama Makmur.
Rugikan Investor Ritel
Franky Rivan, Senior Research Analyst Kresna Sekuritas mengatakan, adanya praktik joki saham ini akan merugikan bagi investor ritel.
"Ketika ada joki nanti porsi ritel akan lebih sedikit, karena lebih banyak diambil joki, ini yang harus diperhatikan investment bankers, karena berhubungan langsung dengan investor," kata Franky saat ditemui di BEI, Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Dia menilai, sekuritas sebagai investment bankers agar ke depan lebih berhati-hati mendistribusikan saham kepada investor. Itu karena dengan adanya praktik ini, porsi saham bagi investor ritel tidak terbagi secara merata.
Sebab itu, ke depan seharusnya calon investor yang datang ke penawaran umum harus dicek berdasarkan single investor identification (SID). Tidak hanya itu, terbuka kemungkinan ke depan regulator merevisi aturan bila praktik joki ini berdampak negatif bagi investor ritel.
"Bisa dicek berdasarkan SID, karena kalau subscribe ke IPO, SID dimasukkan mungkin dibatasi satu SID hanya bisa berapa persen sharenya atau Rupiah yang dialokasikan," tandasnya.
Menjawab hal ini, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono Widodo menyatakan, otoritas bursa akan mulai menerapkan mengenai aturan mengenai batasan minimum penjatahan kepada investor ritel atau electronic bookbuilding.
"Makanya akan diperkenalkan electronic bookbuilding, rencananya akhir September ini diluncurkan," kata Laksono Widodo, kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/7/2019).
BEI menyebut, adanya electronic bookbuilding tersebut diharapkan bisa menjangkau investor yang lebih luas dan memberikan persebaran yang lebih baik bagi investor ritel untuk bookbuilding saham-saham perusahaan yang melangsungkan IPO.
Selain itu, penjatahan kepada investor ritel diklaim bisa lebih transparan.
Jadi, jika sudah beres tentu pelaku pasar berharap joki saham bisa dihilangkan.
Simak kiprah pemain baru di BEI.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article IHSG Ambles 17% Sejak Januari, 24 Perusahaan Tetap Antre IPO
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular