Banjir Tekstil Vietnam, Ini Respons Bos Pan Brothers!

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
02 July 2019 10:56
Emiten ini yang memproduksi produk-produk fesyen untuk brand-brand besar seperti Adidas, Uniqlo, maupun H&M.
Foto: Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk, Anne Patricia Sutanto (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Banjirnya produk garmen dan tekstil asal luar negeri seperti China dan Vietnam ke Indonesia ditanggapi oleh pelaku pasar industri tekstil Tanah Air, salah satunya PT Pan Brothers Tbk (PBRX), salah satu perusahaan manufaktur terbesar nasional.

Emiten ini yang memproduksi produk-produk fesyen untuk brand-brand besar seperti Adidas, Uniqlo, maupun H&M. Vice Chief Executive Officer Pan Brothers Anne Patricia Sutanto mengatakan kendati produk garmen luar masuk Indonesia, tapi perseroan juga mampu berekspansi ke negara lain.

"Kalau [perusahaan tekstil] Indonesia, khususnya PBRX yang 97 persen [produknya] bisa membanjiri negara lain, berati kita sudah lebih kompetitif," kata Anne dalam talkshow CNBC TV Indonesia, Selasa (2/7/2019).


Dia mengatakan perseroan selama ini tidak gentar dengan penetrasi garmen asing masuk ke Indonesia, sepanjang perlakuan yang adil antara perusahaan tekstil Indonesia dan luar.

"Yang dikhawatirkan adalah the cost making Indonesia, lebih mahal kalau kita impor. kalau balance hulu dan hilir sepadan, i dont think that we would lose position in Indonesia," tegas Wakil Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Banten ini.

Dia menegaskan yang perlu dilakukan pemerintah ialah 
memastikan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) berjalan seimbang, HS Code (Harmonized Commodity Description and Coding System) antara hulu-hilir juga sama, dan meningkatkan tingkat kompetitif atau daya saing Indonesia.

Laporan keuangan mencatat, hingga akhir 2018, pendapatan Pan Brothers mencapai US$ 611,37 juta atau setara dengan Rp 8,55 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik dari tahun 2017 sebesar US$ 549,36 juta. Laba bersih juga melonjak hingga menjadi US$ 18,29 juta dari sebelumnya US$ 9,35 juta pada 2017.

Selain itu, Anne menjelaskan upaya yang dilakukan guna mendorong tingkat manufaktur Indonesia memiliki daya saing yang baik.

Pihaknya, bersama Apindo, sudah menyampaikan kepada pemerintah bagaimana membuat pertumbuhan manufaktur lebih tinggi lagi yakni dari sisi komponen skill dan produktivitas.

"Apindo dan PBRX, selalu 
memikirkan bukan cuma UMK [upah minimum kota/kabupaten]. Tapi unsur di UMK yakni komponen skill dan productivity, karena beli pakaian bukan UMK-nya, tapi cost per piece. Di Apindo, kami dari divisi ketenagakerjaan, sudah sampaikan usul ke pemerintah, bagaimana bisa membuat Indonesia growth dalam manufaktur, is the best always komponen," katanya. 

"Lihat AS, sebagai negara maju, bahwa negaranya maju. S
erikat pekerja, pekerja dan pengusaha, kita semua secara triparted bagaimana memajukan bangsa dengan manufaktur. yang diperlukan adalah understand dan make sure, tanpa kita harus mempunyai payung yang besar, dengan jaminan sosial."

Simak ulasan Berkah Emiten Tekstil di Indonesia

[Gambas:Video CNBC]


(tas) Next Article Bos PBRX Bicara Soal UU Ketenagakerjaan dan Pajak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular