Kurs Rupiah Babak Belur, IHSG 'Kurang Nyawa'

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 June 2019 12:55
Kurs Rupiah Babak Belur, IHSG 'Kurang Nyawa'
Foto: Pembukaan Perdagangan BEI 2019 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat 'kurang nyawa' pada hari ini, Rabu (26/6/2019). Menguat memang, tapi sangat-sangat tipis.

Mengawali perdagangan dengan apresiasi sebesar 0,05% ke level 6.323,81, IHSG menutup perdagangan sesi satu dengan kenaikan sebesar 0,07% ke level 6.324,86.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG menguat di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,75%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (+4,95%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,41%), PT Bank Pan Indonesia Tbk/PNBN (+4,17%), dan PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+1,88%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,68%, indeks Shanghai turun 0,3%, indeks Hang Seng juga turun 0,03%, indeks Straits Times terkoreksi 0,25%, dan indeks Kospi turun 0,07%.

Sejatinya, ada kabar positif bagi bursa saham Benua Kuning yakni AS bersedia untuk menunda kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang saat ini belum terdampak oleh perang dagang. Langkah ini diambil oleh AS sebagai etikat baik menyambut dimulainya lagi negosiasi antar kedua negara.

Rupiah Babak Belur, IHSG Jadi 'Kurang Nyawa'Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell

Sebagai informasi, pada akhir pekan ini Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang.

Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, keputusan untuk menunda kenaikan bea masuk kemungkinan akan diumumkan pasca pertemuan antara Trump dengan Xi, dilansir dari Bloomberg.

Sayang, para pejabat The Federal Reserve membawa kabar buruk yang pada akhirnya sukses memantik aksi jual di bursa saham regional. Para pejabat bank sentral AS tersebut memupuskan harapan pelaku pasar bahwa akan ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan dalam pertemuannya bulan depan.

Presiden The Fed St. Louis James Bullard memupuskan harapan penurunan suku bunga acuan hingga 50 bps.


"Duduk di sini hari ini, saya rasa 50 basis poin [bps] akan berlebihan," ujarnya kepada Bloomberg TV, dikutip dari Reuters.

"Saya tidak merasa situasi saat ini benar-benar memerlukan hal tersebut namun saya bersedia menurunkan 25 bps... Saya tidak suka mendahului pertemuan (The Fed) karena banyak hal bisa berubah hingga saat itu tiba. Namun, jika saya harus memutuskan hari ini, itulah yang akan saya lakukan," lanjutnya.

Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell kembali menegaskan terkait independensi bank sentral dari tekanan politik. Seperti yang diketahui, Trump sudah berulang kali meminta The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan.

"The Fed bebas dari tekanan-tekanan politik jangka pendek," kata Powell, dilansir dari Reuters.

LANJUT KE HALAMAN 2>>

Investor asing memegang peranan penting dalam mengerek IHSG naik ke zona hijau pada hari ini. Per akhir sesi satu, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 80,8 miliar di pasar reguler.

Aksi beli tetap dilakukan oleh investor asing walau kinerja rupiah sedang tak mendukung. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,35% di pasar spot ke level Rp 14.170/dolar AS.

Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi skenario yang paling mungkin terjadi.

Namun, hal tersebut nyatanya tak terjadi pada hari ini. Tampaknya, investor asing melihat bahwa prospek rupiah masih relatif kinclong kedepannya.

Pada hari Senin (24/6/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Mei 2019 jatuh sebesar 8,99% secara tahunan, sementara impor jatuh 17,71%. Alhasil, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 210 juta, sangat bertolak belakang dibandingkan konsnesus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memproyeksikan defisit senilai US$ 1,29 miliar.


Dengan adanya surplus yang mengejutkan di bulan Mei, defisit neraca dagang Indonesia secara kumulatif pada periode Januari-Mei 2019 menyusut menjadi US$ 2,14 miliar, cukup jauh di bawah defisit pada periode Januari-Mei 2018 yang senilai US$ 2,86 miliar.

Lantas, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) untuk keseluruhan tahun 2019 akan bisa ditekan menjadi lebih rendah ketimbang capaian tahun 2018. Pada tahun lalu, CAD tercatat sebesar 2,98% dari PDB.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Namun tetap saja, pelemahan rupiah pada hari ini membuat aksi beli yang dilakukan oleh investor asing menjadi kurang maksimal sehingga IHSG pun ‘kurang nyawa’.

Saham-saham yang banyak diburu investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 102,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 43,8 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 35,8 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 8,6 miliar), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk/ACES (Rp 6 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular