
Pajak Barang Mewah Dipangkas, Pakuwon Sasar Properti Rp 5 M
Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 June 2019 18:24

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menyambut baik adanya regulasi penurunan nilai dan tarif pajak barang mewah untuk sektor properti. Perusahaan pun berencana mengembangkan properti dengan harga minimal Rp 5 miliar, terutama di dua kota besar yang menjadi fokus perusahaan yakni Jakarta dan Surabaya.
Direktur Pengembangan Bisnis Pakuwon Jati Ivy Wong mengatakan selama ini kelas properti di atas harga Rp 5 miliar masih dianggap sebagai barang mewah karena ketentuan perpajakan. Namun dengan adanya relaksasi akan memungkinkan pengembang untuk mulai masuk ke segmen ini.
"Memang kami ada rencana dalam Jakarta dan Surabaya yang strategis akan pertimbangkan meluncurkan produk di atas Rp 5 miliar," kata Ivy di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta, Selasa (25/6/2019).
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara resmi menurunkan pajak penghasilan (PPh) atas penjualan harga rumah dan apartemen dengan harga di atas Rp 30 miliar menjadi 1%.
Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 92/2019 tentang perubahan kedua atas PMK 253/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dan Pembeli Atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.
Ivy menjelaskan peluang pembangunan properti di level tersebut masih terbuka lantaran perusahaan masih memiliki green field seluas 445,4 hektare yang belum digarap. Ketersediaan lahan ini pun berada di kawasan kota seperti Gandaria, Kasablanka dan Simatupang di Jakarta.
Rencananya, pembangunan di Jakarta akan difokuskan dengan mengembangkan hunian high rise dengan harga di atas Rp 5 miliar. Sedangkan pengembangan landed house untuk kelas ini akan dilakukan di Surabaya.
Presiden Direktur Pakuwon Jati Stefanus Ridwan dalam kesempatan tersebut mengatakan perusahaan juga dalam proses untuk mengembangkan mixed use di wilayah Bekasi, Jawa Barat di atas lahan seluas 3,5 hektare. Proses pembangunan selambatnya akan dilakukan pada tahun ini, saat ini masih berada dalam tahap perizinan.
"Memang ada pengembangan di Bekasi karena kan kita ada lahan di sana. Nanti akan dibangun apartemen ada empat tower, hotel dua tower dan mall," kata Stefanus.
Kawasan ini diperkirakan akan selesai dalam waktu 3 tahun ke depan. Investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan ini diperkirakan mencapai Rp 2 triliun hingga selesai.
Selain itu, dia juga mengakui cukup tertarik untuk pengembangan di wilayah yang berpotensi untuk menjadi calon ibu kota baru Indonesia.
"Kita sudah lihat-lihat di Samarinda, di sana kan sudah ada lapangan terbang. Kan rencana ibu kota itu di Bukit Soeharto Balikpapan atau Samarinda," kata dia.
Pengembangan di sana juga didukung dengan adanya tol yang diperkirakan akan selesai di tahun ini dan ketersediaan lahan yang masih besar.
"Namun kita juga masih mempertimbangkan karena pengembangan di sana membutuhkan cost yang besar sedangkan biaya sewa lebih murah. Jadi masih dipertimbangkan," tandas Ivy.
(tas) Next Article Pakuwon Jati Catat Laba Bersih Rp 2,7 T pada 2019
Direktur Pengembangan Bisnis Pakuwon Jati Ivy Wong mengatakan selama ini kelas properti di atas harga Rp 5 miliar masih dianggap sebagai barang mewah karena ketentuan perpajakan. Namun dengan adanya relaksasi akan memungkinkan pengembang untuk mulai masuk ke segmen ini.
"Memang kami ada rencana dalam Jakarta dan Surabaya yang strategis akan pertimbangkan meluncurkan produk di atas Rp 5 miliar," kata Ivy di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta, Selasa (25/6/2019).
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara resmi menurunkan pajak penghasilan (PPh) atas penjualan harga rumah dan apartemen dengan harga di atas Rp 30 miliar menjadi 1%.
Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 92/2019 tentang perubahan kedua atas PMK 253/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dan Pembeli Atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.
Ivy menjelaskan peluang pembangunan properti di level tersebut masih terbuka lantaran perusahaan masih memiliki green field seluas 445,4 hektare yang belum digarap. Ketersediaan lahan ini pun berada di kawasan kota seperti Gandaria, Kasablanka dan Simatupang di Jakarta.
Rencananya, pembangunan di Jakarta akan difokuskan dengan mengembangkan hunian high rise dengan harga di atas Rp 5 miliar. Sedangkan pengembangan landed house untuk kelas ini akan dilakukan di Surabaya.
Presiden Direktur Pakuwon Jati Stefanus Ridwan dalam kesempatan tersebut mengatakan perusahaan juga dalam proses untuk mengembangkan mixed use di wilayah Bekasi, Jawa Barat di atas lahan seluas 3,5 hektare. Proses pembangunan selambatnya akan dilakukan pada tahun ini, saat ini masih berada dalam tahap perizinan.
"Memang ada pengembangan di Bekasi karena kan kita ada lahan di sana. Nanti akan dibangun apartemen ada empat tower, hotel dua tower dan mall," kata Stefanus.
Kawasan ini diperkirakan akan selesai dalam waktu 3 tahun ke depan. Investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan ini diperkirakan mencapai Rp 2 triliun hingga selesai.
Selain itu, dia juga mengakui cukup tertarik untuk pengembangan di wilayah yang berpotensi untuk menjadi calon ibu kota baru Indonesia.
"Kita sudah lihat-lihat di Samarinda, di sana kan sudah ada lapangan terbang. Kan rencana ibu kota itu di Bukit Soeharto Balikpapan atau Samarinda," kata dia.
Pengembangan di sana juga didukung dengan adanya tol yang diperkirakan akan selesai di tahun ini dan ketersediaan lahan yang masih besar.
"Namun kita juga masih mempertimbangkan karena pengembangan di sana membutuhkan cost yang besar sedangkan biaya sewa lebih murah. Jadi masih dipertimbangkan," tandas Ivy.
(tas) Next Article Pakuwon Jati Catat Laba Bersih Rp 2,7 T pada 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular