Huft, Pekan Depan Sepertinya Sibuk Nih...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 June 2019 16:33
AS-China Menuju Damai Dagang, AS-Iran Menuju Perang Betulan
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Selain rilis data, investor juga perlu memasang mata dan telinga untuk memperoleh kabar seputar rencana pertemuan Trump-Xi. Apabila aura positif semakin terasa, maka risk appetite pelaku pasar kemungkinan membuncah sehingga arus modal bisa kembali masuk ke Indonesia. Lagi sebuah sentimen positif bagi IHSG, rupiah, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN). 

Akan tetapi, investor patut hati-hati dengan perkembangan di Timur Tengah karena hubungan AS-Iran yang menegang. Trump meradang karena drone militer AS ditembak jatuh di area yang diklaim AS merupakan wilayah udara internasional. Iran, sang pelaku, menegaskan drone AS terbang di atas wilayah udara mereka. 

AS berencana mengenakan sanksi baru terhadap Iran pada awal pekan depan. Namun Trump juga menyatakan bersedia melakukan negosiasi dengan Iran sehingga sanksi tidak perlu diterapkan. 

"Kami akan mengenakan sanksi tambahan kepada Iran pada Senin. Saya menantikan saat di mana sanksi-sanksi itu dihapus, sehingga mereka bisa kembali menjadi bangsa yang produktif dan makmur," cuit Trump di Twitter. 

Namun Iran masih panas. Teheran menegaskan bakal melawan segala bentuk ancaman dari Washington. 

"Apa pun keputusan yang dibuat oleh pemerintah AS, kami tidak akan membiarkan batas wilayah dilanggar. Iran akan melawan dengan tegas segala agresi dan ancaman dari AS," kata Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengutip Reuters. 

Apabila friksi AS-Iran terus tereskalasi, bukan tidak mungkin akan memuncak menjadi konflik bersenjata alias perang. Amit-amit, semoga tidak terjadi. Namun Trump sendiri menyatakan bahwa opsi aksi militer selalu ada di atas meja. 


Situasi di Timur Tengah ini bisa membuat pelaku pasar cemas, dan memilih bermain aman. Tentu bukan kabar baik bagi pasat keuangan Indonesia. 

Selain itu, Timur Tengah yang memanas juga berpotensi membuat harga minyak naik karena ancaman gangguan produksi dan distribusi. Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent naik 5,14% sedangkan light sweet melonjak 9,37%. 

Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak lebih banyak mudarat ketimbang manfaat. Knaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini membengkak, dan semakin membebani transaksi berjalan.  

Padahal transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi nilai tukar mata uang, karena mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Kalau transaksi berjalan masih bermasalah, rupiah akan dibayangi risiko pelemahan.   

Dari dalam negeri, Mahkamah Konstitusi (MK) akan mengumumkan hasil putusan sidang gugatan Pilpres 2019 pada 28 Juni. Investor patut mencermati sentimen ini karena akan menentukan siapa pemimpin Indonesia 2019-2024.


Jika putusan MK menguatkan hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), maka pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin tinggal menunggu pelantikan sebagai pemimpin Indonesia lima tahun ke depan. Investor akan mendapat kepastian, sesuatu yang menjadi dambaan.

Pekan depan sepertinya akan menjadi periode yang sibuk. Banjir rilis data, dialog dagang AS-China, sampai perseteruan AS-Iran menjadi hal-hal yang perlu dicermati pelaku pasar.

Ayo siapkan tenaga menghadapi pekan yang penuh dinamika!

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular