Huft, Pekan Depan Sepertinya Sibuk Nih...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 June 2019 16:33
Banjir Rilis Data
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Bagaimana dengan pekan ini? Sentimen apa saja yang patut dicermati oleh pelaku pasar? 

Dari sisi eksternal, ada sejumlah rilis data ekonomi yang layak dimonitor. Sejumlah data dari AS yang akan dirilis pekan ini adalah pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019, pembacaan awal inflasi Juni, sampai penjualan properti. 

Apabila data-data tersebut menunjukkan pelemahan, maka tekanan kepada The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan kian besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 2-2,25% mencapai 71,9%. 


Lalu di Jepang juga akan dirilis data produksi industrial, penjualan ritel, dan angka pengangguran. Kemudian di Zona Euro, pelaku pasar perlu memantau rilis data pembacaan awal inflasi Juni dan sentimen ekonomi periode yang sama. 

Seperti halnya di AS, jika data-data itu melemah maka semakin terbuka peluang BoJ dan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) untuk melonggarkan kebijakan moneter. Langkah yang niscaya mampu membuat pelaku pasar bergairah memburu aset-aset berisiko di negara berkembang, seperti Indonesia. 

Dari dalam negeri, investor perlu memantau dengan seksama rilis data perdagangan internasional periode Mei 2019. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi atau minus 14,62% year-on-year (YoY) dan impor juga negatif 14,325% YoY. Sementara neraca perdagangan diproyeksi defisit US$ 1,294 miliar. 


Defisit neraca perdagangan yang kemungkinan terjadi dalam dua bulan pertama kuartal II-2019 membuat transaksi berjalan (current account) tinggal mengandalkan bulan terakhir yaitu Juni. Agak sulit mengharapkan neraca perdagangan Juni, meski bisa saja surplus tetapi nyaris mustahil menutup defisit pada April dan Mei. 

Oleh karena itu, transaksi berjalan kuartal II-2019 kemungkinan akan mengalami defisit yang lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya. Fondasi penting penyokong nilai tukar mata uang menjadi rapuh, karena tinggal mengandalkan arus modal di pasar keuangan (hot money). 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular