
Arah Suku Bunga
Bunga Bergerak Turun, Pilih Obligasi Panjang atau Pendek?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 June 2019 13:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspektasi penurunan suku bunga acuan sedang happening di hampir seluruh belahan dunia, dan membuat sentimen positif pasar keuangan membuncah terutama di pasar obligasi pemerintah.
Tercatat setidaknya empat negara sudah mengantisipasi prospek melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dengan tancap gas lebih dulu menurunkan suku bunga, yaitu Malaysia, Filipina, India, dan Australia.
Indonesia juga diprediksi akan segera menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat, meskipun tidak sedekat hari ini. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar hari ini dinilai memiliki kemungkinan lebih besar untuk memutuskan menahan 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) dulu pada 6%.
Meskipun demikian, jika benar dalam waktu dekat suku bunga acuan Indonesia akan turun, maka Surat Utang Negara (SUN) tenor pendek tentulah yang akan menjadi seri-seri yang paling diuntungkan.
"(Tingkat imbal hasil) SUN tenor pendek kemungkinan akan turun lebih dalam (dibanding tenor panjang). Namun harganya belum tentu naik lebih tinggi," ujar Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Aksi penurunan suku bunga merupakan usaha dari bank sentral untuk melonggarkan ketegangan moneter dari masing-masing negara. Tujuan kebijakan itu tentu untuk menggenjot keluarnya dana dari sistem keuangan seperti perbankan ke publik, sehingga dapat meningkatkan kegiatan investasi dan bisnis yang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Wajar memang, mengingat prospek pertumbuhan ekonomi dunia baru dipangkas menjadi tinggal 2,6% dari sebelumnya 2,9%, sehingga perekonomian suatu negara seakan butuh obat kuat atau 'viagra' tambahan agar semakin 'greng' mencetak skor di papan pertumbuhan ekonomi.
Untuk SUN rupiah, meskipun baru ekspektasi terhadap tren penurunan suku bunga dan belum realisasi, penurunan yield yang lebih besar pada tenor pendek
Tahun ini sendiri, empat seri yang dijadikan acuan di pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
"Yield tenor pendek akan lebih sensitif oleh perubahan suku bunga acuan, karena 7DRRR adalah suku bunga jangka pendek jadi pengaruhnya akan lebih besar pula pada yield tenor pendek," tambah Ariawan.
Dia menuturkan seri tenor pendek, apalagi bertenor 3 tahun atau lebih pendek, akan semakin menguat dan menekan yield di pasar sekunder di tengah ekspektasi penurunan suku bunga tersebut.
Penurunan suku bunga tentu lumrah menjadi pendorong harga SUN seiring dengan berbondong-bondongnya pelaku pasar memburu obligasi beredar yang diterbitkan ketika suku bunga masih tinggi.
Karena diterbitkan ketika suku bunga masih lebih tinggi, obligasi yang masih beredar di pasar sekunder sekarang ini juga otomatis mengemban kupon lebih besar juga dibanding kupon calon-calon obligasi yang akan terbit, sehingga berpotensi diburu investor pasar surat utang.
Apalagi, jika nanti suku bunga memang tidak diturunkan, sesuai prediksi, dan tidak ada kejadian aneh-aneh lagi di tingkat global maupun domestik, maka justru investor sedang diberi waktu memburu SUN di pasar. Ya kan?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tercatat setidaknya empat negara sudah mengantisipasi prospek melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dengan tancap gas lebih dulu menurunkan suku bunga, yaitu Malaysia, Filipina, India, dan Australia.
Meskipun demikian, jika benar dalam waktu dekat suku bunga acuan Indonesia akan turun, maka Surat Utang Negara (SUN) tenor pendek tentulah yang akan menjadi seri-seri yang paling diuntungkan.
"(Tingkat imbal hasil) SUN tenor pendek kemungkinan akan turun lebih dalam (dibanding tenor panjang). Namun harganya belum tentu naik lebih tinggi," ujar Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Aksi penurunan suku bunga merupakan usaha dari bank sentral untuk melonggarkan ketegangan moneter dari masing-masing negara. Tujuan kebijakan itu tentu untuk menggenjot keluarnya dana dari sistem keuangan seperti perbankan ke publik, sehingga dapat meningkatkan kegiatan investasi dan bisnis yang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Wajar memang, mengingat prospek pertumbuhan ekonomi dunia baru dipangkas menjadi tinggal 2,6% dari sebelumnya 2,9%, sehingga perekonomian suatu negara seakan butuh obat kuat atau 'viagra' tambahan agar semakin 'greng' mencetak skor di papan pertumbuhan ekonomi.
Untuk SUN rupiah, meskipun baru ekspektasi terhadap tren penurunan suku bunga dan belum realisasi, penurunan yield yang lebih besar pada tenor pendek
Tahun ini sendiri, empat seri yang dijadikan acuan di pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
"Yield tenor pendek akan lebih sensitif oleh perubahan suku bunga acuan, karena 7DRRR adalah suku bunga jangka pendek jadi pengaruhnya akan lebih besar pula pada yield tenor pendek," tambah Ariawan.
Dia menuturkan seri tenor pendek, apalagi bertenor 3 tahun atau lebih pendek, akan semakin menguat dan menekan yield di pasar sekunder di tengah ekspektasi penurunan suku bunga tersebut.
Penurunan suku bunga tentu lumrah menjadi pendorong harga SUN seiring dengan berbondong-bondongnya pelaku pasar memburu obligasi beredar yang diterbitkan ketika suku bunga masih tinggi.
Karena diterbitkan ketika suku bunga masih lebih tinggi, obligasi yang masih beredar di pasar sekunder sekarang ini juga otomatis mengemban kupon lebih besar juga dibanding kupon calon-calon obligasi yang akan terbit, sehingga berpotensi diburu investor pasar surat utang.
Apalagi, jika nanti suku bunga memang tidak diturunkan, sesuai prediksi, dan tidak ada kejadian aneh-aneh lagi di tingkat global maupun domestik, maka justru investor sedang diberi waktu memburu SUN di pasar. Ya kan?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular