Ramai-Ramai Tolak Libra 'Uang' Facebook
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
20 June 2019 11:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan media sosial Facebook mengumumkan akan meluncurkan cryptocurrency atau mata uang digital yang diberi nama Libra. Cryptocurrency ini akan dikontrol oleh Facebook dan beberapa perusahaan besar lainnya yang tergabung dalam Libra Association.
Mata uang digital yang didukung sistem blockchain ini rencananya terbit pada semester I-2020. Libra akan memungkinkan pengguna untuk menabung, mengirim, dan membelanjakan uang semudah mengirimkan pesan singkat.
Sejak pengumuman tersebut telah timbul beberapa penolakan dari para ahli dan pengamat dunia yang mayoritas karena masalah keamanan dan perubahan keadaan mata uang dunia. Berikut beberapa alasan dari berbagai pihak yang menolak Libra:
Kepercayaan dan mengguncang sistem perbankan
Sementara itu laporan dari PBB Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan populasi penduduk dunia mencapai 7,7 miliar pada 2019. Ini berarti lebih dari 30% populasi penduduk dunia adalah pengguna aktif Facebook dkk, yang tentunya tersebar di berbagai negara, bayangkan jika semua beralih menggunakan Libra, bagaimana nasib mata uang konvensional?
Penggunaan Libra sebagai alat pembayaran atau transaksi tentunya akan mendapat tantangan dari segi trust atau kepercayaan para penggunanya. Cryptocurrency tidak seperti mata uang konvensional yang nilainya dijamin oleh negara melalui bank sentral.
Misalnya, satu lembar uang kertas yang tertera tulisan Rp 50.000 (nilai nominal) akan dipercaya oleh masyarakat sebagai alat transaksi barang ataupun jasa dengan nilai yang sama, karena ada jaminan dari bank sentral.
Seandainya Facebook dengan Libra-nya berhasil memperoleh kepercayaan pengguna, maka salah satu peran bank sentral yang menjamin nilai nominal mata uang akan tergantikan. Libra akan menjadi mata uang global yang diterima di mana saja.
Namun, tidak akan mudah bagi Facebook untuk memperoleh kepercayaan mengingat cryptocurrency rentang mengalami peretasan. Pada September 2018 lalu misalnya, bursa jual beli cryptocurrency asal Jepang bernama Zaif dirampok dan mengalami kerugian sebesar US$ 60 juta. Lalu pada Januari 2018, bursa Coincheck bernasib serupa, mengalami peretasan dengan kerugian hingga US$ 534 juta.
Masih banyak lagi kasus-kasus peretasan yang menimpa bursa cryptocurrency seperti BitFinex dan MtGox dengan kerugian jutaan hingga ratusan juta dolar, yang tentunya merugikan para investor.
Libra juga akan diperjualbelikan di bursa cryptocurrency, yang namanya belum diungkapkan Facebook. Tingkat keamanan akan menjadi isu krusial bagi Libra.
Selain itu, cryptocurrency juga mendapat kritik dari tokoh-tokoh top di dunia finansial. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Chirstine Lagarde pada April lalu mengatakan mata uang digital akan mengguncang sistem perbankan dan harus dimonitor untuk menjaga stabilitas.
Lagarde memperingatkan perubahan industri finansial harus diikuti dengan regulasi. "Kita tidak ingin inovasi menguncang sistem sehingga mengganggu stabilitas yang diperlukan," tegasnya.
Penipuan
Libra bisa berdampak langsung pada cara mengirim uang ke seluruh dunia dan menggantikan transaksi berbasis wire (elektronik) yang sering mengalami fraud.
Facebook dan mitra-mitranya telah melakukan investasi yang signifikan dalam hal keamanan dalam mata uang Libra, dan dompet digital-nya Calibra. Tetapi sejak awal, Libra telah menjadi target peretas internasional yang ingin membuat cara baru penipuan dengan mengelabui pengirim.
Keamanan akan menjadi komponen penting bagaimana pengguna baru yang tidak terbiasa dengan cryptocurrency mau menggunakan produk keuangan ini. Sementara konsorsium yang didukung Facebook menjamin akan mengembalikan uang hilang yang dicuri dari dompet digital Calibra.
"Pada awalnya, Saya percaya keamanan mungkin merupakan masalah yang lebih besar, tetapi seiring berjalannya waktu menjadi lebih dan lebih stabil," kata Ben Tsai, presiden dan mitra pengelola perusahaan investasi yang berfokus pada blockchain, Wave Financial.
"Saya pikir akan ada banyak penyangga yang disisihkan untuk memastikan klien memiliki pengalaman positif, sehingga pada awalnya mereka akan lebih banyak melindungi klien bahkan jika kesalahan ada di sisi klien."
Skema yang paling sering digunakan dalam penipuan pengiriman uang elektronik, penjahat meyakinkan pemilik dana untuk mentransfer sejumlah uang kepada teman atau mitra bisnisnya. Pengirim uang yang ditipu akan kesulitan mendapatkan kembali dananya karena kebanyakan bank tidak bertanggung jawab akan dana yang hilang.
Sementara dengan kehadiran Libra, penipu akan berusaha memanfaatkan ketidaktahuan pengguna akan mata uang digital Facebook ini dan protokol transaksi.
"Penipuan baru dan berbeda akan dibuat untuk mencoba menjerat pengguna Facebook," kata Ben Tsai. "Pada dasarnya, saya percaya Libra Foundation akan memiliki kemampuan untuk memutar kembali perdagangan jika mereka menjalankan ini pada blockchain terpusat. Ini berarti bahwa kesalahan, pencurian, atau perampokan dapat dibatalkan dan uang klien menjadi utuh. "
Menurut Henry Liu, managing patner perusahaan keuangan berbasis cloud, YGC, dompet digital Libra yang bersifat open-source akan dieksploitasi hacker. Dompet digital open-source akan memungkinan siapa saja membangun aplikasi penampung uang.
Mengizinkan dompet mata uang kripto berkembang biak dalam skala besar dengan cara ini adalah eksperimen yang belum teruji, dan tidak jelas bagaimana penyedia dompet digital lain akan memverifikasi pengguna mereka dan keamanan aplikasi mereka.
"Ini akan menjadi masalah jika scammer (penipu) memanfaatkannya," ujar Henry Liu.
Penolakan dari Parlemen
Maxine Waters, senator Partai Republic yang juga Ketua Komite Jasa Keuangan Perlemen AS. Ia meminta pengembangan dan rencana peluncuran Libra ditangguhkan sementara.
"Mengingat masa lalu perusahaan yang bermasalah, saya meminta agar Facebook menyetujui moratorium mengembangkan cryptocurrency ini hingga Kongres dan regulator memiliki kesempatan untuk memeriksa masalah ini dan mengambil tindakan," kata Waters dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNBC International, Rabu (19/6/2019).
Libra merupakan proyek mata uang digital yang digarap Facebook dalam setahun terakhir. Libra diharapkan jadi uang digital di internet yang memberikan kemudahan mentransfer uang semudah mengirimkan foto. Untuk menggunakan Libra, Facebook memperkenalkan dompet digital Calibra.
Senator Partai Republik lainnya, Patrick McHenry meminta Maxine Waters untuk mengadakan rapat dengar pendapat mengenai Libra.
"Meskipun ada janji besar untuk teknologi baru ini dalam mendorong inklusi keuangan dan sistem pembayaran yang lebih cepat, khususnya di negara berkembang, kami tahu ada banyak pertanyaan mengenai Libra dan bagaimana uang digital ini akan sesuai dengan peraturan keuangan global kami," ujarnya.
"Kami perlu melampaui rumor dan spekulasi serta menyediakan forum untuk menilai proyek ini dan potensi dampaknya bagi sistem keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Dalam cuitannya melalui akun twitter resminya, Senator Partai Democrat, Sherrod Brown menyampaikan sikap skeptisnya pada Libra.
"Kami tidak bisa membiarkan Facebook menjalankan cryptocurrency baru yang berisiko yang keluar dari rekening bank Swiss tanpa pengawasan," tulisnya.
Mark Warners, senator Partai Democrat, mengungkit soal hilangnya kepercayaan masyarakat AS pada Facebook karena kegagalan perusahaan dalam menjaga data pribadi pengguna.
Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada CNBC International, "Kami menantikan untuk menanggapi pertanyaan anggota parlemen saat proses ini bergerak maju."
(hoi/hoi) Next Article Moody's Sebut Ancaman Uang Digital, Bikin Resah Bank Sentral
Mata uang digital yang didukung sistem blockchain ini rencananya terbit pada semester I-2020. Libra akan memungkinkan pengguna untuk menabung, mengirim, dan membelanjakan uang semudah mengirimkan pesan singkat.
Sejak pengumuman tersebut telah timbul beberapa penolakan dari para ahli dan pengamat dunia yang mayoritas karena masalah keamanan dan perubahan keadaan mata uang dunia. Berikut beberapa alasan dari berbagai pihak yang menolak Libra:
Kepercayaan dan mengguncang sistem perbankan
Sementara itu laporan dari PBB Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan populasi penduduk dunia mencapai 7,7 miliar pada 2019. Ini berarti lebih dari 30% populasi penduduk dunia adalah pengguna aktif Facebook dkk, yang tentunya tersebar di berbagai negara, bayangkan jika semua beralih menggunakan Libra, bagaimana nasib mata uang konvensional?
Penggunaan Libra sebagai alat pembayaran atau transaksi tentunya akan mendapat tantangan dari segi trust atau kepercayaan para penggunanya. Cryptocurrency tidak seperti mata uang konvensional yang nilainya dijamin oleh negara melalui bank sentral.
Misalnya, satu lembar uang kertas yang tertera tulisan Rp 50.000 (nilai nominal) akan dipercaya oleh masyarakat sebagai alat transaksi barang ataupun jasa dengan nilai yang sama, karena ada jaminan dari bank sentral.
Seandainya Facebook dengan Libra-nya berhasil memperoleh kepercayaan pengguna, maka salah satu peran bank sentral yang menjamin nilai nominal mata uang akan tergantikan. Libra akan menjadi mata uang global yang diterima di mana saja.
Namun, tidak akan mudah bagi Facebook untuk memperoleh kepercayaan mengingat cryptocurrency rentang mengalami peretasan. Pada September 2018 lalu misalnya, bursa jual beli cryptocurrency asal Jepang bernama Zaif dirampok dan mengalami kerugian sebesar US$ 60 juta. Lalu pada Januari 2018, bursa Coincheck bernasib serupa, mengalami peretasan dengan kerugian hingga US$ 534 juta.
Masih banyak lagi kasus-kasus peretasan yang menimpa bursa cryptocurrency seperti BitFinex dan MtGox dengan kerugian jutaan hingga ratusan juta dolar, yang tentunya merugikan para investor.
Libra juga akan diperjualbelikan di bursa cryptocurrency, yang namanya belum diungkapkan Facebook. Tingkat keamanan akan menjadi isu krusial bagi Libra.
Selain itu, cryptocurrency juga mendapat kritik dari tokoh-tokoh top di dunia finansial. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Chirstine Lagarde pada April lalu mengatakan mata uang digital akan mengguncang sistem perbankan dan harus dimonitor untuk menjaga stabilitas.
Lagarde memperingatkan perubahan industri finansial harus diikuti dengan regulasi. "Kita tidak ingin inovasi menguncang sistem sehingga mengganggu stabilitas yang diperlukan," tegasnya.
Penipuan
Libra bisa berdampak langsung pada cara mengirim uang ke seluruh dunia dan menggantikan transaksi berbasis wire (elektronik) yang sering mengalami fraud.
Facebook dan mitra-mitranya telah melakukan investasi yang signifikan dalam hal keamanan dalam mata uang Libra, dan dompet digital-nya Calibra. Tetapi sejak awal, Libra telah menjadi target peretas internasional yang ingin membuat cara baru penipuan dengan mengelabui pengirim.
Keamanan akan menjadi komponen penting bagaimana pengguna baru yang tidak terbiasa dengan cryptocurrency mau menggunakan produk keuangan ini. Sementara konsorsium yang didukung Facebook menjamin akan mengembalikan uang hilang yang dicuri dari dompet digital Calibra.
"Pada awalnya, Saya percaya keamanan mungkin merupakan masalah yang lebih besar, tetapi seiring berjalannya waktu menjadi lebih dan lebih stabil," kata Ben Tsai, presiden dan mitra pengelola perusahaan investasi yang berfokus pada blockchain, Wave Financial.
"Saya pikir akan ada banyak penyangga yang disisihkan untuk memastikan klien memiliki pengalaman positif, sehingga pada awalnya mereka akan lebih banyak melindungi klien bahkan jika kesalahan ada di sisi klien."
Skema yang paling sering digunakan dalam penipuan pengiriman uang elektronik, penjahat meyakinkan pemilik dana untuk mentransfer sejumlah uang kepada teman atau mitra bisnisnya. Pengirim uang yang ditipu akan kesulitan mendapatkan kembali dananya karena kebanyakan bank tidak bertanggung jawab akan dana yang hilang.
Sementara dengan kehadiran Libra, penipu akan berusaha memanfaatkan ketidaktahuan pengguna akan mata uang digital Facebook ini dan protokol transaksi.
"Penipuan baru dan berbeda akan dibuat untuk mencoba menjerat pengguna Facebook," kata Ben Tsai. "Pada dasarnya, saya percaya Libra Foundation akan memiliki kemampuan untuk memutar kembali perdagangan jika mereka menjalankan ini pada blockchain terpusat. Ini berarti bahwa kesalahan, pencurian, atau perampokan dapat dibatalkan dan uang klien menjadi utuh. "
Menurut Henry Liu, managing patner perusahaan keuangan berbasis cloud, YGC, dompet digital Libra yang bersifat open-source akan dieksploitasi hacker. Dompet digital open-source akan memungkinan siapa saja membangun aplikasi penampung uang.
Mengizinkan dompet mata uang kripto berkembang biak dalam skala besar dengan cara ini adalah eksperimen yang belum teruji, dan tidak jelas bagaimana penyedia dompet digital lain akan memverifikasi pengguna mereka dan keamanan aplikasi mereka.
"Ini akan menjadi masalah jika scammer (penipu) memanfaatkannya," ujar Henry Liu.
Penolakan dari Parlemen
Maxine Waters, senator Partai Republic yang juga Ketua Komite Jasa Keuangan Perlemen AS. Ia meminta pengembangan dan rencana peluncuran Libra ditangguhkan sementara.
"Mengingat masa lalu perusahaan yang bermasalah, saya meminta agar Facebook menyetujui moratorium mengembangkan cryptocurrency ini hingga Kongres dan regulator memiliki kesempatan untuk memeriksa masalah ini dan mengambil tindakan," kata Waters dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNBC International, Rabu (19/6/2019).
Libra merupakan proyek mata uang digital yang digarap Facebook dalam setahun terakhir. Libra diharapkan jadi uang digital di internet yang memberikan kemudahan mentransfer uang semudah mengirimkan foto. Untuk menggunakan Libra, Facebook memperkenalkan dompet digital Calibra.
Senator Partai Republik lainnya, Patrick McHenry meminta Maxine Waters untuk mengadakan rapat dengar pendapat mengenai Libra.
"Meskipun ada janji besar untuk teknologi baru ini dalam mendorong inklusi keuangan dan sistem pembayaran yang lebih cepat, khususnya di negara berkembang, kami tahu ada banyak pertanyaan mengenai Libra dan bagaimana uang digital ini akan sesuai dengan peraturan keuangan global kami," ujarnya.
"Kami perlu melampaui rumor dan spekulasi serta menyediakan forum untuk menilai proyek ini dan potensi dampaknya bagi sistem keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Dalam cuitannya melalui akun twitter resminya, Senator Partai Democrat, Sherrod Brown menyampaikan sikap skeptisnya pada Libra.
"Kami tidak bisa membiarkan Facebook menjalankan cryptocurrency baru yang berisiko yang keluar dari rekening bank Swiss tanpa pengawasan," tulisnya.
Mark Warners, senator Partai Democrat, mengungkit soal hilangnya kepercayaan masyarakat AS pada Facebook karena kegagalan perusahaan dalam menjaga data pribadi pengguna.
Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada CNBC International, "Kami menantikan untuk menanggapi pertanyaan anggota parlemen saat proses ini bergerak maju."
(hoi/hoi) Next Article Moody's Sebut Ancaman Uang Digital, Bikin Resah Bank Sentral
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular