
Tebar Dividen Rp 61 M, Saham Sritex kok Diam di Tempat?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
18 June 2019 15:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tekstil yang berpusat di Solo, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) memutuskan membagikan dividen sebesar 5% dari laba bersih perseroan untuk tahun buku 2018 atau sebesar Rp 61,36 miliar kepada pemegang saham.
Hal ini disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten dengan kode saham SRIL tersebut di Jakarta, Senin (18/6/2019).
"Rapat menyetujui pembagian dividen Rp 3 per saham," kata Presiden Direktur SRIL, Iwan Setiawan Lukminto, saat paparan publik di Jakarta.
Tahun lalu, SRIL mencatatkan laba bersih sebesar US$ 84,5 juta atau setara dengan Rp 1,21 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$), naik 24% dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya US$ 68,03 juta. Sementara, penjualan naik 36,1% di angka US$ 1,03 miliar dari capaian tahun sebelumnya US$ 759 juta.
Sekretaris Perusahaan SRIL, Welly Salam mengakui, nilai dividen tahun ini lebih rendah dari tahun 2017 sebesar Rp 8/saham seiring dengan upaya perseroan fokus mengurangi utang dengan mengurangi besaran dividen.
"Concern pemegang saham untuk mengurangi utang dan menjaga level utang perusahaan, salah satunya mengurangi dividen untuk menjaga leverage perusahaan," tandasnya.
Pada perdagangan Selasa ini, saham SRIL stagnan saja di level Rp 340/saham dengan nilai transaksi Rp 2,69 miliar dan volume perdagangan 7,94 juta saham. Levelnya sama dengan harga pembukaan hari ini. Dengan demikian, dividend yield SRIL tipis saja yakni 0,88%.
Dividend yield menunjukkan berapa banyak imbal hasil (arus kas/dividen) yang diterima pada setiap rupiah yang diinvestasikan ke dalam suatu saham perusahaan. Ini berarti, semakin tinggi dividend yield maka semakin besar kompensasi yang diterima perusahaan.
Ekspansi Anorganik
Tahun ini, SRIL mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 40 juta atau sekitar Rp 572 miliar yang sebagian besar akan dipakai untuk biaya pemeliharaan reguler.
Perusahaan juga sedang mengkaji rencana anorganik yang ditargetkan akan rampung di tahun depan. "Rencana organik masih digodok, sedang studi kelayakan, ada rencana tahun depan kita finalisasi program ini," jelasnya.
Tahun lalu, SRIL telah mengakuisisi dua perusahaan tekstil dengan biaya investasi sebesar US$ 85 juta. Kedua perusahaan itu adalah PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries Pte Ltd.
Tidak hanya itu, SRIL juga membidik penjualan akan tumbuh 10-15% sepanjang 2019 dan laba bersih diperkirakan akan tumbuh 5%.
(tas) Next Article Laba Sritex Naik Tipis di Q1, Ekspor Tertekan
Hal ini disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten dengan kode saham SRIL tersebut di Jakarta, Senin (18/6/2019).
"Rapat menyetujui pembagian dividen Rp 3 per saham," kata Presiden Direktur SRIL, Iwan Setiawan Lukminto, saat paparan publik di Jakarta.
Tahun lalu, SRIL mencatatkan laba bersih sebesar US$ 84,5 juta atau setara dengan Rp 1,21 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$), naik 24% dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya US$ 68,03 juta. Sementara, penjualan naik 36,1% di angka US$ 1,03 miliar dari capaian tahun sebelumnya US$ 759 juta.
Sekretaris Perusahaan SRIL, Welly Salam mengakui, nilai dividen tahun ini lebih rendah dari tahun 2017 sebesar Rp 8/saham seiring dengan upaya perseroan fokus mengurangi utang dengan mengurangi besaran dividen.
"Concern pemegang saham untuk mengurangi utang dan menjaga level utang perusahaan, salah satunya mengurangi dividen untuk menjaga leverage perusahaan," tandasnya.
Pada perdagangan Selasa ini, saham SRIL stagnan saja di level Rp 340/saham dengan nilai transaksi Rp 2,69 miliar dan volume perdagangan 7,94 juta saham. Levelnya sama dengan harga pembukaan hari ini. Dengan demikian, dividend yield SRIL tipis saja yakni 0,88%.
Dividend yield menunjukkan berapa banyak imbal hasil (arus kas/dividen) yang diterima pada setiap rupiah yang diinvestasikan ke dalam suatu saham perusahaan. Ini berarti, semakin tinggi dividend yield maka semakin besar kompensasi yang diterima perusahaan.
Ekspansi Anorganik
Tahun ini, SRIL mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 40 juta atau sekitar Rp 572 miliar yang sebagian besar akan dipakai untuk biaya pemeliharaan reguler.
Perusahaan juga sedang mengkaji rencana anorganik yang ditargetkan akan rampung di tahun depan. "Rencana organik masih digodok, sedang studi kelayakan, ada rencana tahun depan kita finalisasi program ini," jelasnya.
Tahun lalu, SRIL telah mengakuisisi dua perusahaan tekstil dengan biaya investasi sebesar US$ 85 juta. Kedua perusahaan itu adalah PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries Pte Ltd.
Tidak hanya itu, SRIL juga membidik penjualan akan tumbuh 10-15% sepanjang 2019 dan laba bersih diperkirakan akan tumbuh 5%.
(tas) Next Article Laba Sritex Naik Tipis di Q1, Ekspor Tertekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular