Bayar Utang, Krakatau Siap Spin-Off & Divestasi Anak Usaha

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 June 2019 18:24
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berencana melakukan spin-off anak usaha.
Foto: Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Silmy Karim (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen baja PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berencana melakukan spin-off atau pemisahan anak perusahaan. Strategi itu dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi utang Krakatau Steel kepada sejumlah kreditor.

Direktur Utama Krakau Steel, Silmy Karim mengatakan, saat ini kajian mengenai spin-off anak usahanya tengah dilakukan. Tujuan spin-off tersebut kata Silmy agar anak usaha Krakatau Steel lebih efisien dan lebih meningkatkan produktivitas. Ditargetkan, spin-off akan dieksekusi dalam 2 bulan ke depan.

Silmy merinci, setidaknya ada tiga lini bisnis anak perusahaan yang siap untuk spin-off, yaitu di bisnis iron still making, long product, hot strip mill dan rolling mill.


"Kami akan melakukan spin-off atas pabrik pabrik yang saat ini masih nempel di induk," kata Silmy Karim, saat ditemui di Gedung Karakatau Steel, Jakarta, Senin (17/6/2019)

Secara sederhana, spin-off perusahaan diartikan sebagai salah satu strategi usaha dilakukan dalam rangka restrukturisasi dengan tujuan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.

Setelah dilakukan spin-off, di mana unit usaha itu telah menjadi perusahaan baru memiliki kebebasan untuk menentukan langkah dan mengeksekusi strateginya sendiri, sehingga peluang untuk bertumbuh dan berkembang lebih besar.

Sayangnya, Silmy enggan merinci berapa total aset anak usaha yang siap dipisahkan tersebut. "Belum bisa disebutkan. Ini kan baru bocoran, supaya optimal produktivitas, efisiensinya kemudian juga KPI-nya [key performance index]," jelas mantan Dirut PT Barata Indonesia (Persero) ini.

"Sekarang lagi dikaji oleh konsultan independen, dan kita lihat implikasi-implikasinya, ketika melakukan spin-off itu kan ada implikasi yang mengikuti, itu yang kita harus mitigasi, antisipasi, perencanaan seperti apa. Targetnya dalam 1-2 bulan ini," imbuh Silmy.

Selain spin-off, kata dia, perusahaan dengan kode saham KRAS itu juga bakal mengelompokkan anak usahanya sesuai dengan klaster unit usaha yang sejenis. Bila ada unit usaha yang tidak linier dengan industri inti maupun pendukung, maka akan didivestasi baik ke perusahaan BUMN maupun swasta.

"Jika tidak masuk ke dalam kriteria yang kita bisa kembangkan dan memiliki competitiveness, maka buat apa kita pertahankan, lebih bagus mungkin ada BUMN lain yang mungkin ambil, atau kita jual kepada swasta, mana yang lebih menguntungkan untuk KRAS," tandas Silmy.

Beberapa anak usaha KRAS di antaranya manufaktur pipa baja PT KHI Pipe Industries, manufaktur seng PT Kerismas Witicto Makmur, dan manufaktur baja profil dan tulangan PT Krakatau Osaka Steel.

Sebelumnya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimistis kinerja bisnis Krakatau Steel bisa positif setidaknya pada 2025 setelah perseroan berhasil menyelesaikan semua proses restrukturisasi utang yang menggunung.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Hary Sampurno mengatakan hingga saat ini kinerja Krakatau Steel tengah diupayakan agar bisa pulih, kendati belum sepenuhnya membalikkan keadaan menjadi positif.

"Kita memang masih problem dengan KS. Memang ruginya sudah berkurang. Tapi belum maksimal hijau," katanya di Jakarta, Rabu (12/6/2019).

Krakatau Steel memiliki utang yang sangat besar, yakni US$ 2,49 miliar atau Rp 34,86 triliun (kurs Rp 14.00) pada akhir 2018. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. 



(tas) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular