
Krakatau Steel Diyakini Bisa Cetak Laba di 2025, Semoga
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
12 June 2019 14:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimistis kinerja bisnis emiten baja PT PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) bisa positif setidaknya pada 2025 setelah perseroan berhasil menyelesaikan semua proses restrukturisasi utang yang menggunung.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Hary Sampurno mengatakan hingga saat ini kinerja Krakatau Steel tengah diupayakan agar bisa pulih, kendati belum sepenuhnya membalikkan keadaan menjadi positif.
"Kita memang masih problem dengan KS. Memang ruginya sudah berkurang. Tapi belum maksimal hijau," katanya di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Menurut Fajar, kinerja negatif Krakatau berkaitan dengan upaya restrukturisasi utang yang tengah dijalani. Selain itu, permintaan baja dunia juga menjadi persoalan yang menekan kinerja perusahaan.
"Karena restrukturisasi. Juga karena demand ya memang tapi tidak hanya itu. Demand-nya memang ini kan masalah pasar kan terbuka kan hilir yang impor. Makanya, impor harus dikurangi," kata Fajar.
"[Untuk dalam negeri] KS kan eggak sendirian. Swastanya banyak. Mereka satu asosiasi untuk minta ke pemerintah bagaimana peningkatan dan penyerapan dalam negeri," tegasnya.
Sebab itu, pemerintah berupaya mendukung upaya perusahaan yang berbasis di Cilegon, Banten ini, agar positif. "Kita berharap 2025 nanti KS udah betul lagi lah [kinerja positif]. Semoga sudah sehat ya. Sekarang ya tinggal Rp 600 miliar lah ruginya. Jadi dikit dikit," katanya.
Senin pekan ini, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan saat ini proses restrukturisasi terus berlangsung. Pihaknya menargetkan paling tidak pada akhir Juni ini kesepakatan dengan semua kreditor bisa segera dikantongi. Namun dia enggan menjelaskan secara detail terkait rencana tersebut.
"Kesepakatan restrukturisasi paling enggak akhir bulan ini, enggak lebih dari bulan ini [Juni]. Kesepakatan dengan kreditor," kata Silmy kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/6/2019).
Krakatau Steel memiliki utang yang sangat besar, yakni US$ 2,49 miliar atau Rp 34,86 triliun (kurs Rp 14.00) pada akhir 2018. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.
KRAS masih mengalami rugi bersih sepanjang 3 bulan pertama tahun ini atau kuartal I-2019. Bahkan, ruginya mencapai US$ 62,32 juta atau setara dengan Rp 878,74 miliar (asumsi kurs Rp 14.100/US$).
Simak gunungan utang Krakatau Steel.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Hary Sampurno mengatakan hingga saat ini kinerja Krakatau Steel tengah diupayakan agar bisa pulih, kendati belum sepenuhnya membalikkan keadaan menjadi positif.
"Kita memang masih problem dengan KS. Memang ruginya sudah berkurang. Tapi belum maksimal hijau," katanya di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
Menurut Fajar, kinerja negatif Krakatau berkaitan dengan upaya restrukturisasi utang yang tengah dijalani. Selain itu, permintaan baja dunia juga menjadi persoalan yang menekan kinerja perusahaan.
"Karena restrukturisasi. Juga karena demand ya memang tapi tidak hanya itu. Demand-nya memang ini kan masalah pasar kan terbuka kan hilir yang impor. Makanya, impor harus dikurangi," kata Fajar.
"[Untuk dalam negeri] KS kan eggak sendirian. Swastanya banyak. Mereka satu asosiasi untuk minta ke pemerintah bagaimana peningkatan dan penyerapan dalam negeri," tegasnya.
Sebab itu, pemerintah berupaya mendukung upaya perusahaan yang berbasis di Cilegon, Banten ini, agar positif. "Kita berharap 2025 nanti KS udah betul lagi lah [kinerja positif]. Semoga sudah sehat ya. Sekarang ya tinggal Rp 600 miliar lah ruginya. Jadi dikit dikit," katanya.
Senin pekan ini, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan saat ini proses restrukturisasi terus berlangsung. Pihaknya menargetkan paling tidak pada akhir Juni ini kesepakatan dengan semua kreditor bisa segera dikantongi. Namun dia enggan menjelaskan secara detail terkait rencana tersebut.
"Kesepakatan restrukturisasi paling enggak akhir bulan ini, enggak lebih dari bulan ini [Juni]. Kesepakatan dengan kreditor," kata Silmy kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/6/2019).
Krakatau Steel memiliki utang yang sangat besar, yakni US$ 2,49 miliar atau Rp 34,86 triliun (kurs Rp 14.00) pada akhir 2018. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.
KRAS masih mengalami rugi bersih sepanjang 3 bulan pertama tahun ini atau kuartal I-2019. Bahkan, ruginya mencapai US$ 62,32 juta atau setara dengan Rp 878,74 miliar (asumsi kurs Rp 14.100/US$).
Simak gunungan utang Krakatau Steel.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular