Juni, Krakatau Steel Optimistis 'Deal' dengan Kreditor Utang

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
10 June 2019 15:40
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), mengungkapkan perkembangan terbaru soal penyelesaian restrukturisasi utang.
Foto: Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Silmy Karim (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten baja BUMN, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), mengungkapkan perkembangan terbaru soal penyelesaian restrukturisasi utang yang dilakukan kepada beberapa kreditor perusahaan, termasuk dari bank-bank milik pemerintah atau Himbara.

Salah satu kreditor KRAS yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebelumnya sudah mengungkapkan mekanisme restrukturisasi yang dilakukan termasuk penerbitan obligasi konversi alias convertible bond.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan saat ini proses restrukturisasi terus berlangsung. Pihaknya menargetkan paling tidak pada akhir Juni ini kesepakatan dengan semua kreditor bisa segera dikantongi. Namun dia enggan menjelaskan secara detail terkait rencana tersebut.

"Kesepakatan restrukturisasi paling enggak akhir bulan ini, enggak lebih dari bulan ini [Juni]. Kesepakatan dengan kreditor," kata Silmy kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/6/2019).


Sebelumnya, Bank Mandiri menyatakan telah menyetujui proposal restrukturisasi utang yang diajukanKrakatau Steel.  Skema restrukturisasi yang akan dilakukan adalah melalui pengurangan aset dan penerbitan obligasi konversi.

Saat ini, Bank Mandiri menjadi kreditor terbesar bagi KRAS dengan kredit jangka pendek senilai US$ 225 juta atau Rp 3,17 triliun dan Rp 830 miliar.

"Intinya kami mendukung [restrukturisasi], Krakatau Steel ini kan industri strategis nasional dan kami melihat prospek ke depan dengan pertumbuhan demand dari sektor infrastruktur dan konstruksi harusnya masih bagus, jadi kami mendukung," kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (15/4/2019).

Selain melalui skema pengurangan aset dan convertible bond, Bank Mandiri juga berharap peran PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sebagai calon perusahaan holding Krakatau Steel diharapkan akan membantu kinerja produsen baja BUMN itu.

Saat ini KRAS menghadapi masalah yang pelik. Perusahaan baja pelat merah ini mencatatkan kerugian selama tujuh tahun berturut-turut dan banyak utang jangka pendek.

Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta.

Beban keuangan yang dicatatkan KRAS pada 2018 adalah sebesar US$ 112,33 juta atau setara dengan Rp 1,57 triliun (asumsi kurs Rp 14.000) tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2011 yang hanya US$ 40,62 juta.

Akibatnya KRAS masih harus menelan kerugian sepanjang tahun lalu, meski pendapatan naik 20% dari 2017 sebesar US$ 1,44 miliar, menjadi US$ 1,73 miliar pada 2018. Rugi bersih perusahaan tercatat US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs R 14.000), meski angka ini turun dibandingkan kerugian 2017 senilai US$ 81,74 juta.

Berdasarkan data yang dihimpun CNBC pinjaman terbesar diberikan oleh Bank Mandiri senilai US$ 359,6 juta atau setara Rp 5,03 triliun.
Jumlah itu terdiri dari LoC (letter of credit) impor US$ 161,2 juta, fasilitas bank overdraft (dana cerukan) sebesar US$ 131,01 juta, dan kredit modal kerja sebesar US$ 67,32 juta.

Selanjutnya pinjaman terbesar kepada KRAS selanjutnya diberikan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai US$ 238,36 juta dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar US$ 199,25 juta.

Simak ulasan kinerja Krakatau Steel.
[Gambas:Video CNBC]

(tas) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular