
Masih Rentan, Perang Dagang AS-China Bawa IHSG Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 June 2019 12:47

Di sisi lain, potensi eskalasi perang dagang AS-China menjadi sentimen negatif yang memantik aksi jual di bursa saham regional. Hingga kini, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan dengan Presiden China Xi Jinping di gelaran KTT G-20 pada akhir bulan ini di Jepang masih juga belum jelas.
Semakin mendekati akhir bulan Juni, belum ada kepastian bahwa keduanya akan bertemu, walau memang Washington masih ingin kedua pemimpin negara bertemu guna membuka jalan menuju damai dagang.
"Namun belum ada proses formalisasi," ujar Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.
Sebelumnya, pejabat senior di lingkungan pemerintahan China mengungkapkan bahwa Beijing bahkan belum melakukan apapun terkait rencana pertemuan Trump-Xi.
"Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat, dikutip dari Reuters.
Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa dirinya akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Perang dagang belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China terlihat sudah begitu tertekan. Menjelang akhir pekan kemarin, produksi industri periode Mei 2019 diumumkan hanya tumbuh 5% secara tahunan, di bawah konsensus yang sebesar 5,5%, dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, investasi barang modal tercatat hanya tumbuh sebesar 5,6% secara tahunan dalam periode Januari-Mei 2019, di bawah capaian pertumbuhan periode Januari-April 2019 yang sebesar 6,1%. Capaian tersebut juga berada di bawah konsensus yang sebesar 6,1%, dilansir dari Trading Economics.
Mengingat posisi China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China pastilah memberi dampak negatif yang relatif signifikan bagi negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Semakin mendekati akhir bulan Juni, belum ada kepastian bahwa keduanya akan bertemu, walau memang Washington masih ingin kedua pemimpin negara bertemu guna membuka jalan menuju damai dagang.
"Namun belum ada proses formalisasi," ujar Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.
"Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat, dikutip dari Reuters.
Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa dirinya akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Perang dagang belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China terlihat sudah begitu tertekan. Menjelang akhir pekan kemarin, produksi industri periode Mei 2019 diumumkan hanya tumbuh 5% secara tahunan, di bawah konsensus yang sebesar 5,5%, dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, investasi barang modal tercatat hanya tumbuh sebesar 5,6% secara tahunan dalam periode Januari-Mei 2019, di bawah capaian pertumbuhan periode Januari-April 2019 yang sebesar 6,1%. Capaian tersebut juga berada di bawah konsensus yang sebesar 6,1%, dilansir dari Trading Economics.
Mengingat posisi China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China pastilah memberi dampak negatif yang relatif signifikan bagi negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular