
Bali United IPO, Investor Harap Siapkan 'Senter'
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 June 2019 10:07

Namun, kisah Bali United mungkin tidak akan selamanya indah. Pengelolaan kompetisi sepakbola nasional yang masih, ya begitulah, bakal menjadi risiko utama bagi para pemegang saham.
Tidak seperti liga sepakbola di negara lain yang sudah mapan, kompetisi sepakbola nasional terus saja mencari bentuk. Sejauh ini belum ada format baku soal jalannya kompetisi, selalu ada tambal-sulam di tengah jalan.
Jadwal kompetisi masih tidak pasti. Kapan liga dimulai setiap tahunnya belum pernah ada tanggal yang tetap, yang ada malah sering molor dari rencana semula.
Musim ini, awalya Liga 1 dijadwalkan kick-off pada 8 Mei. Namun kemudian mundur menjadi 15 Mei. Bahkan pada awal Mei, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator liga belum mengirim jadwal ke klub. Padahal waktu sudah sangat mepet.
Achsanul Qosasi, CEO Madura United, beberapa kali mengungkapkan keluhan soal jadwal pelaksanaan liga. Menurutnya, akan sulit mempersiapkan tim jika jadwal kompetisi saja selalu tarik-ulur setiap tahun.
[Gambas:Twitter]
Padahal yang namanya kompetisi adalah urat nadi kehidupan klub. Tanpa kompetisi, tidak ada pemasukan. Apakah itu dari penonton yang datang ke stadion, hak siar televisi, atau sponsorship tidak akan ada yang masuk kalau nir-kompetisi.
Kompetisi tidak sekadar ada, tetapi juga harus bisa dipastikan. Sebab, seperti kata Achsanul, sepakbola butuh persiapan dan persiapan butuh kepastian. Persiapan tim tidak akan optimal jika ternyata jadwal kompetisi sudah mepet.
Kalau persiapan seadanya, maka akan berimbas ke performa di lapangan. Klub akan lebih akrab dengan hasil imbang atau bahkan kekalahan. Jika klub kalah terus, ada kemungkinan dukungan akan menurun. Modal utama bernama dukungan akan tergerus.
Ini baru soal jadwal. Masalah yang menaungi kompetisi sepakbola domestik masih banyak.
Kita belum bicara soal duit. Sebenarnya berapa jatah pembagian uang hak siar yang diterima masing-masing klub? Berapa jatah duit dari sponsorhip dari LIB ke masing-masing klub? Gelap gulita.
Padahal dalam Pasal 57 regulasi Liga 1 menunjukkan PT LIB memiliki kewajiban finansial mulai dari hadiah, kontribusi, akomodasi lokal perangkat pertandingan, uang tugas dan transportasi perangkat pertandingan, serta pembayaran lainnya. Namun berapa besaran yang diterima klub? Entah.
Padahal yang namanya perusahaan terbuka alias perusahaan publik, transparansi dan keterbukaan adalah yang pertama dan paling utama. investor wajib tahu apa yang terjadi di emiten yang mereka pegang sahamnya, serta apa yang terjadi dalam industri tersebut.
Kini investor saham Bali United harus bersiap-siap menyiapkan 'senter' untuk menerawang kompetisi sepakbola nasional yang penuh kegelapan. Sebuah misi yang sangat sulit, bahkan mungkin Ethan Hunt pun pikir-pikir dulu untuk menjalankannya.
Kesimpulannya, benar bahwa sepakbola nasional menyimpan sebuah potensi besar untuk menjadi industri peraup cuan. Namun layaknya harga karun, potensi itu tersembunyi di dalam goa yang gelap gulita.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Tidak seperti liga sepakbola di negara lain yang sudah mapan, kompetisi sepakbola nasional terus saja mencari bentuk. Sejauh ini belum ada format baku soal jalannya kompetisi, selalu ada tambal-sulam di tengah jalan.
Jadwal kompetisi masih tidak pasti. Kapan liga dimulai setiap tahunnya belum pernah ada tanggal yang tetap, yang ada malah sering molor dari rencana semula.
Achsanul Qosasi, CEO Madura United, beberapa kali mengungkapkan keluhan soal jadwal pelaksanaan liga. Menurutnya, akan sulit mempersiapkan tim jika jadwal kompetisi saja selalu tarik-ulur setiap tahun.
[Gambas:Twitter]
Padahal yang namanya kompetisi adalah urat nadi kehidupan klub. Tanpa kompetisi, tidak ada pemasukan. Apakah itu dari penonton yang datang ke stadion, hak siar televisi, atau sponsorship tidak akan ada yang masuk kalau nir-kompetisi.
Kompetisi tidak sekadar ada, tetapi juga harus bisa dipastikan. Sebab, seperti kata Achsanul, sepakbola butuh persiapan dan persiapan butuh kepastian. Persiapan tim tidak akan optimal jika ternyata jadwal kompetisi sudah mepet.
Kalau persiapan seadanya, maka akan berimbas ke performa di lapangan. Klub akan lebih akrab dengan hasil imbang atau bahkan kekalahan. Jika klub kalah terus, ada kemungkinan dukungan akan menurun. Modal utama bernama dukungan akan tergerus.
Ini baru soal jadwal. Masalah yang menaungi kompetisi sepakbola domestik masih banyak.
Kita belum bicara soal duit. Sebenarnya berapa jatah pembagian uang hak siar yang diterima masing-masing klub? Berapa jatah duit dari sponsorhip dari LIB ke masing-masing klub? Gelap gulita.
Padahal dalam Pasal 57 regulasi Liga 1 menunjukkan PT LIB memiliki kewajiban finansial mulai dari hadiah, kontribusi, akomodasi lokal perangkat pertandingan, uang tugas dan transportasi perangkat pertandingan, serta pembayaran lainnya. Namun berapa besaran yang diterima klub? Entah.
Padahal yang namanya perusahaan terbuka alias perusahaan publik, transparansi dan keterbukaan adalah yang pertama dan paling utama. investor wajib tahu apa yang terjadi di emiten yang mereka pegang sahamnya, serta apa yang terjadi dalam industri tersebut.
Kini investor saham Bali United harus bersiap-siap menyiapkan 'senter' untuk menerawang kompetisi sepakbola nasional yang penuh kegelapan. Sebuah misi yang sangat sulit, bahkan mungkin Ethan Hunt pun pikir-pikir dulu untuk menjalankannya.
Kesimpulannya, benar bahwa sepakbola nasional menyimpan sebuah potensi besar untuk menjadi industri peraup cuan. Namun layaknya harga karun, potensi itu tersembunyi di dalam goa yang gelap gulita.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular