Bali United IPO, Investor Harap Siapkan 'Senter'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 June 2019 10:07
Bali United IPO, Investor Harap Siapkan 'Senter'
IPO Bali United (CNBC Indonesia/Shalini)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini menjadi momentum bersejarah baik untuk pasar modal maupun pesepakbolaan nasional. Bali United menjadi klub sepakbola pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. 

PT Bali Bintang Sejahtera (BOLA) mencatatkan dua miliar unit saham. Mengutip prospektus perusahaan, perolehan dana dalam pencatatan saham perdana ini berada di kisaran Rp 350 miliar. 


Apa yang dilakukan Bali United adalah terobosan baru dan sebuah langkah maju untuk menuju industri sepakbola. Bali United seolah membuka mata insan sepakbola nasional, bahwa sepakbola bukan bukan sekadar tendang-menendang si kulit bundar untuk kesenangan dan kesehatan.

Sepakbola adalah sebuah industri, ladang pencairan cuan baru.
 Wajar jika Bali United mencoba peruntungan di pasar modal. Sebab sepakbola memang punya masa depan cerah dan bila digarap dengan serius akan menjadi sebuah industri kelas kakap. 

Indonesia memang punya modal besar untuk membangun industri sepakbola yaitu basis suporter yang besar. Mengutip Fox Sport Asia, klub-klub Indonesia memiliki jumlah pengikut (follower) media sosial terbesar di Asia. 

Persib Bandung menempati peringkat pertama dengan jumlah follower 15,92 juta. Kemudian Persija Jakarta berada di rangking lima dengan jumlah follower 5,17 juta. Keduanya unggul dari klub dengan nama besar di Benua Kuning seperti Al-Ittihad (Arab Saudi) atau Tianjin Teda (China). 

Penonton atau fans adalah modal utama sebuah klub sepakbola. Sehebat apapun penampilan di lapangan kalau tidak ada yang mendukung atau menonton ya sama saja bohong. Klub menjadi tidak bisa 'dijual', tidak punya nilai komersial. 

Bali United tidak terkecuali. Musim lalu, rata-rata sekitar 15.000 penonton hadir menyaksikan laga Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta. 

Musim ini performa Stefano Lilipaly dkk di Liga 1 juga moncer. Bali United menyapu bersih tiga pertandingan awal dan berada di posisi runner-up. Hanya kalah selisih gol dari sang pemuncak klasemen, Madura United. 

Prestasi di lapangan akan berbanding lurus dengan dukungan. Jika Bali United terus menuai hasil maksimal, maka suporter akan semakin bersemangat. Modal Bali United pun semakin terpupuk. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Namun, kisah Bali United mungkin tidak akan selamanya indah. Pengelolaan kompetisi sepakbola nasional yang masih, ya begitulah, bakal menjadi risiko utama bagi para pemegang saham. 

Tidak seperti liga sepakbola di negara lain yang sudah mapan, kompetisi sepakbola nasional terus saja mencari bentuk. Sejauh ini belum ada format baku soal jalannya kompetisi, selalu ada tambal-sulam di tengah jalan. 

Jadwal kompetisi masih tidak pasti. Kapan liga dimulai setiap tahunnya belum pernah ada tanggal yang tetap, yang ada malah sering molor dari rencana semula. 

Musim ini, awalya Liga 1 dijadwalkan kick-off pada 8 Mei. Namun kemudian mundur menjadi 15 Mei. Bahkan pada awal Mei, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator liga belum mengirim jadwal ke klub. Padahal waktu sudah sangat mepet. 

Achsanul Qosasi, CEO Madura United, beberapa kali mengungkapkan keluhan soal jadwal pelaksanaan liga. Menurutnya, akan sulit mempersiapkan tim jika jadwal kompetisi saja selalu tarik-ulur setiap tahun. 


Padahal yang namanya kompetisi adalah urat nadi kehidupan klub. Tanpa kompetisi, tidak ada pemasukan. Apakah itu dari penonton yang datang ke stadion, hak siar televisi, atau sponsorship tidak akan ada yang masuk kalau nir-kompetisi. 

Kompetisi tidak sekadar ada, tetapi juga harus bisa dipastikan. Sebab, seperti kata Achsanul, sepakbola butuh persiapan dan persiapan butuh kepastian. Persiapan tim tidak akan optimal jika ternyata jadwal kompetisi sudah mepet.  

Kalau persiapan seadanya, maka akan berimbas ke performa di lapangan. Klub akan lebih akrab dengan hasil imbang atau bahkan kekalahan. Jika klub kalah terus, ada kemungkinan dukungan akan menurun. Modal utama bernama dukungan akan tergerus. 

Ini baru soal jadwal. Masalah yang menaungi kompetisi sepakbola domestik masih banyak.  

Kita belum bicara soal duit. Sebenarnya berapa jatah pembagian uang hak siar yang diterima masing-masing klub? Berapa jatah duit dari sponsorhip dari LIB ke masing-masing klub? Gelap gulita.  

Padahal dalam Pasal 57 regulasi Liga 1 menunjukkan PT LIB memiliki kewajiban finansial mulai dari hadiah, kontribusi, akomodasi lokal perangkat pertandingan, uang tugas dan transportasi perangkat pertandingan, serta pembayaran lainnya. Namun berapa besaran yang diterima klub? Entah. 

Padahal yang namanya perusahaan terbuka alias perusahaan publik, transparansi dan keterbukaan adalah yang pertama dan paling utama. investor wajib tahu apa yang terjadi di emiten yang mereka pegang sahamnya, serta apa yang terjadi dalam industri tersebut. 

Kini investor saham Bali United harus bersiap-siap menyiapkan 'senter' untuk menerawang kompetisi sepakbola nasional yang penuh kegelapan. Sebuah misi yang sangat sulit, bahkan mungkin Ethan Hunt pun pikir-pikir dulu untuk menjalankannya. 

Kesimpulannya, benar bahwa sepakbola nasional menyimpan sebuah potensi besar untuk menjadi industri peraup cuan. Namun layaknya harga karun, potensi itu tersembunyi di dalam goa yang gelap gulita.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular