
Bersiap, 'Super Thursday' Jadi Fokus Trading Forex Pekan Ini
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 June 2019 07:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar trading forex dipastikan akan bergeliat pada perdagangan pekan ini akibat adanya "Super Thursday", yang merujuk pada pengumuman kebijakan moneter tiga bank sentral utama dunia di hari Kamis (20/6/19) mendatang.
Tiga bank sentral tersebut, yakni Federal Reserve/The Fed Amerika Serikat (AS), Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BoE). Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan kebijakan moneter di hari yang sama.
Dari tiga bank sentral utama dunia tersebut, The Fed yang akan menjadi fokus utama melihat adanya spekulasi pemangkasan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR). Meski pelaku pasar melihat FFR belum akan dipangkas di pekan ini, tetapi di bulan Juli peluang tersebut cukup tinggi.
Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pelaku pasar melihat adanya peluang sebesar 68,5% FFR akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25%. Tidak hanya itu, perangkat yang sama menunjukkan adanya probabilitas pemangkasan dua kali lagi, yakni di bulan September dan Desember, sehingga total di tahun ini The Fed diramal akan melakukan pemangkasan sebanyak tiga kali.
Buruknya data tenaga kerja serta melunaknya inflasi AS menjadi alasan kuat untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Data terakhir menunjukkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) hanya sebanyak 75.000 orang di bulan Mei, jauh menurun dibandingkan bulan April sebanyak 224.000 orang. Sementara di bulan yang sama, inflasi hanya tumbuh 0,1%, melunak dibandingkan sebelumnya 0,3%.
Dua data tersebut merupakan acuan bagi The Fed menentukan kebijakan moneter. Tanpa pemangkasan FFR, tetap saja pengumuman kebijakan di pekan ini akan berdampak besar, khususnya jika bank sentral paling powerful di dunia ini memberikan indikasi kuat akan melakukan pemangkasan di bulan Juli nanti. Atau sebaliknya, jika The Fed mengindikasikan FFR belum akan dipangkas bulan depan, arah angin akan kembali berubah, kurs dolar AS bisa kembali berjaya.
Bagaimana kebijakan The Fed nanti tentunya akan direspons BoJ dan BoE. Dari dua bank sentral tersebut, BoJ sudah menunjukkan sikap dovish dengan menurunkan target inflasi. Bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini juga diprediksi akan menggelontorkan stimulus moneter di tahun ini.
Survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 100 ekonom menunjukkan sebanyak 48 di antaranya memprediksi BOJ akan memberikan stimulus moneter tahun ini.
Sementara itu BoE masih bergeming, perekonomian Inggris yang cukup tangguh membuat Bank Sentral Inggris tersebut menjadi satu-satunya bank sentral utama dunia yang belum menunjukkan sikap dovish. Namun sang Gubernur, Mark Carney, sudah menegaskan akan melakukan penyesuaian kebijakan moneter jika ekonomi Inggris nantinya terancam usai Brexit 31 Oktober nanti.
Kemana arah kebijakan tiga bank tersebut bisa terlihat saat konferensi pers masing-masing. "Super Thursday" dapat membuat pergerakan besar di pasar forex, tidak hanya di mata uang dolar, yen, dan poundsterling, tetapi di semua mata uang, baik major currencies hingga emerging market currencies seperti rupiah.
Jadi, para trader harap bersiap...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
Tiga bank sentral tersebut, yakni Federal Reserve/The Fed Amerika Serikat (AS), Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BoE). Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan kebijakan moneter di hari yang sama.
Dari tiga bank sentral utama dunia tersebut, The Fed yang akan menjadi fokus utama melihat adanya spekulasi pemangkasan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR). Meski pelaku pasar melihat FFR belum akan dipangkas di pekan ini, tetapi di bulan Juli peluang tersebut cukup tinggi.
Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pelaku pasar melihat adanya peluang sebesar 68,5% FFR akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25%. Tidak hanya itu, perangkat yang sama menunjukkan adanya probabilitas pemangkasan dua kali lagi, yakni di bulan September dan Desember, sehingga total di tahun ini The Fed diramal akan melakukan pemangkasan sebanyak tiga kali.
Buruknya data tenaga kerja serta melunaknya inflasi AS menjadi alasan kuat untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Data terakhir menunjukkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) hanya sebanyak 75.000 orang di bulan Mei, jauh menurun dibandingkan bulan April sebanyak 224.000 orang. Sementara di bulan yang sama, inflasi hanya tumbuh 0,1%, melunak dibandingkan sebelumnya 0,3%.
Dua data tersebut merupakan acuan bagi The Fed menentukan kebijakan moneter. Tanpa pemangkasan FFR, tetap saja pengumuman kebijakan di pekan ini akan berdampak besar, khususnya jika bank sentral paling powerful di dunia ini memberikan indikasi kuat akan melakukan pemangkasan di bulan Juli nanti. Atau sebaliknya, jika The Fed mengindikasikan FFR belum akan dipangkas bulan depan, arah angin akan kembali berubah, kurs dolar AS bisa kembali berjaya.
Bagaimana kebijakan The Fed nanti tentunya akan direspons BoJ dan BoE. Dari dua bank sentral tersebut, BoJ sudah menunjukkan sikap dovish dengan menurunkan target inflasi. Bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini juga diprediksi akan menggelontorkan stimulus moneter di tahun ini.
Survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 100 ekonom menunjukkan sebanyak 48 di antaranya memprediksi BOJ akan memberikan stimulus moneter tahun ini.
Sementara itu BoE masih bergeming, perekonomian Inggris yang cukup tangguh membuat Bank Sentral Inggris tersebut menjadi satu-satunya bank sentral utama dunia yang belum menunjukkan sikap dovish. Namun sang Gubernur, Mark Carney, sudah menegaskan akan melakukan penyesuaian kebijakan moneter jika ekonomi Inggris nantinya terancam usai Brexit 31 Oktober nanti.
Kemana arah kebijakan tiga bank tersebut bisa terlihat saat konferensi pers masing-masing. "Super Thursday" dapat membuat pergerakan besar di pasar forex, tidak hanya di mata uang dolar, yen, dan poundsterling, tetapi di semua mata uang, baik major currencies hingga emerging market currencies seperti rupiah.
Jadi, para trader harap bersiap...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
Most Popular