Poundsterling Menguat Merespon Niat Baik Oposisi Inggris

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 June 2019 20:36
Poundsterling menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu dan mendekati level terkuat tiga pekan yang disentuh Jumat lalu.
Foto: Poundsterling (REUTERS/Russell Boyce)
Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (12/6/19) dan mendekati level terkuat tiga pekan yang disentuh Jumat (7/6/19) lalu.

Pada pukul 20:09 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2734 atau menguat 0,1%, mengutip data Refinitiv. Level terkuat hari ini berada di level US$ 1,2758.



Partai Buruh, oposisi utama di Inggris, yang berupaya mencegah terjadinya hard Brexit memberikan sentimen positif bagi pound. Partai pimpinan Jeremy Corbyn tersebut mengatakan akan mencoba memperkenalkan undang-undang yang mencegah terjadinya Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun atau no-deal alias Hard Brexit.

Langkah Partai Buruh tersebut disambut baik pelaku pasar, poundsterling pun berhasil melaju melanjutkan kenaikan Selasa kemarin.

Hard Brexit merupakan ketakutan utama pelaku pasar, apalagi nama Boris Johnson menguat menjadi kandidat utama pimpinan Partai Konservatif yang nantinya otomatis menjadi Perdana Menteri Inggris.


Johnson merupakan tokoh politik yang beraliran eurosceptic dan salah satu pentolan yang mendorong adanya referendum 23 Juni 2016. Referendum tersebut menghasilkan Inggris harus keluar dari Uni Eropa, dan menyebabkan ketidakpastian hingga saat ini.

Pada pekan lalu pound berhasil mencatat penguatan mingguan pertama dalam lima pekan terakhir akibat buruknya data tenaga kerja AS yang pada akhirnya memberikan tekanan bagi mata uangnya. Hal yang sama terjadi pada hari ini, data inflasi Negeri Paman Sam menunjukkan pelambatan pertumbuhan yang semakin menekan dolar.

Dua data tersebut merupakan acuan bagi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam mengambil kebijakan moneter atau memutuskan tingkat suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR). Buruknya indikator-indikator kesehatan ekonomi membuat spekulasi The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali semakin menguat.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar kini melihat ada peluang sebesar 66,8% FFR akan dipangkas 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25% pada bulan Juli. Dua pemangkasan lagi dipredksi akan dilakukan pada bulan September dan Desember.

Akibat prediksi pemangkasan FFR tersebut, dolar menjadi sulit untuk bangkit dan poundsterling kini menuju penguatan dua hari beruntun. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Pound Terus Menguat Saat Parlemen Inggris Reses

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular