
Cuek dengan Data Inflasi, Harga Obligasi Meroket!
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 June 2019 19:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah meroket pada perdagangan Senin ini (10/6/2019), meskipun data inflasi yang di atas ekspektasi sempat membuat penguatan pasar keuangan hari ini mereda.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) dibanding posisi sebelum libur Lebaran terjadi seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 30,2 basis poin (bps) menjadi 8,18%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, pasar keuangan baik di pasar saham, obligasi, dan rupiah kompak menguat seiring dengan sentimen positif ekonomi global yang terjadi sepekan terakhir ketika Indonesia dan beberapa negara lain berlibur.
Tadi pagi, inflasi bulanan 0,68% yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya kontraksi karena di atas prediksi pasar sebesar 0,53% dan menjadi yang tertinggi sejak 2017.
Pengumuman itu sempat membuat penguatan pasar saham mereda dari yang hampir 2% menjadi tinggal 1,5% dan semakin melemah di akhir hari menjadi 1,3%.
Namun, tidak seperti pasar saham setelah inflasi, penguatan pasar obligasi justru bertambah kencang hingga akhir hari perdagangan.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 1,95 poin (0,79%) menjadi 248,09 dari posisi 246,14 sebelum libur Lebaran.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 560 bps, menyempit dari posisi kemarin 586 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,13% dari posisi sebelum libur 2 pekan lalu 2,15%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 951 triliun SBN, atau 38,07% dari total beredar Rp 2.498 triliun berdasarkan data per 24 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 57,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Meskipun demikian, sepanjang Mei ini investor asing sudah keluar dari pasar SUN senilai Rp 11,57 triliun dan sepekan lalu nilai dana asing keluar mencapai Rp 3,43 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 1,3% dan 0,18%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan terjadi hampir di semua negara, kecuali India yang masih melemah sepanjang libur 2 pekan lalu.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga surat utang negara (SUN) dibanding posisi sebelum libur Lebaran terjadi seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 30,2 basis poin (bps) menjadi 8,18%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Hari ini, pasar keuangan baik di pasar saham, obligasi, dan rupiah kompak menguat seiring dengan sentimen positif ekonomi global yang terjadi sepekan terakhir ketika Indonesia dan beberapa negara lain berlibur.
Tadi pagi, inflasi bulanan 0,68% yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya kontraksi karena di atas prediksi pasar sebesar 0,53% dan menjadi yang tertinggi sejak 2017.
Pengumuman itu sempat membuat penguatan pasar saham mereda dari yang hampir 2% menjadi tinggal 1,5% dan semakin melemah di akhir hari menjadi 1,3%.
Namun, tidak seperti pasar saham setelah inflasi, penguatan pasar obligasi justru bertambah kencang hingga akhir hari perdagangan.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 31 Mei'19 (%) | Yield 10 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 10 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.562 | 7.366 | -19.60 | 7.3014 |
FR0078 | 10 tahun | 8.023 | 7.742 | -28.10 | 7.7283 |
FR0068 | 15 tahun | 8.482 | 8.18 | -30.20 | 8.12 |
FR0079 | 20 tahun | 8.461 | 8.25 | -21.10 | 8.2263 |
Avg movement | -24.75 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 1,95 poin (0,79%) menjadi 248,09 dari posisi 246,14 sebelum libur Lebaran.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 560 bps, menyempit dari posisi kemarin 586 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,13% dari posisi sebelum libur 2 pekan lalu 2,15%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 10 Jun'2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 31 Mei'19 (%) | Yield 10 Jun'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.274 | 2.279 | 3 bulan-5 tahun | 37.7 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.849 | 1.892 | 2 tahun-5 tahun | -1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.818 | 1.863 | 3 tahun-5 tahun | -3.9 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.851 | 1.902 | 3 bulan-10 tahun | 14.1 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.084 | 2.138 | 2 tahun-10 tahun | -24.6 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 951 triliun SBN, atau 38,07% dari total beredar Rp 2.498 triliun berdasarkan data per 24 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 57,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Meskipun demikian, sepanjang Mei ini investor asing sudah keluar dari pasar SUN senilai Rp 11,57 triliun dan sepekan lalu nilai dana asing keluar mencapai Rp 3,43 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 1,3% dan 0,18%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan terjadi hampir di semua negara, kecuali India yang masih melemah sepanjang libur 2 pekan lalu.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 31 Mei'19 (%) | Yield 10 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.44 | 8.18 | -26.00 |
China | 3.297 | 3.273 | -2.40 |
Jerman | -0.207 | -0.225 | -1.80 |
Perancis | 0.219 | 0.133 | -8.60 |
Inggris | 0.86 | 0.837 | -2.30 |
India | 7.039 | 7.08 | 4.10 |
Jepang | -0.093 | -0.11 | -1.70 |
Malaysia | 3.796 | 3.707 | -8.90 |
Filipina | 5.571 | 5.062 | -50.90 |
Rusia | 7.94 | 7.7 | -24.00 |
Singapura | 2.087 | 2.051 | -3.60 |
Thailand | 2.355 | 2.245 | -11.00 |
Amerika Serikat | 2.154 | 2.138 | -1.60 |
Afrika Selatan | 8.505 | 8.47 | -3.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular