
Data Inflasi Indonesia Untungkan Dolar Singapura
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 June 2019 17:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura memangkas pelemahan melawan rupiah pada perdagangan Senin (10/6/19) sore, data inflasi Indonesia yang lebih tinggi dari prediksi sedikit memberikan tekanan bagi Mata Uang Garuda.
Memanfaatkan tekanan bagi rupiah tersebut, dolar Singapura memangkas pelemahan dan diperdagangkan di kisaran Rp 10.420,63/S$ atau melemah sekitar 0,47% di pasar spot, mengutip data dari Refinitiv. Padahal sebelumnya Mata Uang Singa ini sempat melemah ke level Rp 10.401,41/S$.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Mei sebesar 0,68% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) ada di 3,32% dan inflasi inti YoY adalah 3,12%.
Data ini di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan berada di 0,53%. Sementara inflasi YoY diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%.
Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,54%. Kemudian inflasi tahunan ada di 3,17% dan inflasi inti YoY adalah 3,07%.
Bagi Indonesia yang merupakan negara berkembang, peningkatan inflasi kurang berdampak bagus bagi perekonomian karena dapat menurunkan daya beli masyarakat.
Meski demikian rupiah masih cukup tangguh setelah mendapat sentimen positif dari S&P yang menaikkan rating kredit Indonesia serta Bank Dunia yang tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, lebih tinggi dati rata-rata negara berkembang lainnya sebesar 4,0%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/dru) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Memanfaatkan tekanan bagi rupiah tersebut, dolar Singapura memangkas pelemahan dan diperdagangkan di kisaran Rp 10.420,63/S$ atau melemah sekitar 0,47% di pasar spot, mengutip data dari Refinitiv. Padahal sebelumnya Mata Uang Singa ini sempat melemah ke level Rp 10.401,41/S$.
Data ini di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan berada di 0,53%. Sementara inflasi YoY diramal 3,165% dan inflasi inti YoY sebesar 3,08%.
Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,54%. Kemudian inflasi tahunan ada di 3,17% dan inflasi inti YoY adalah 3,07%.
Bagi Indonesia yang merupakan negara berkembang, peningkatan inflasi kurang berdampak bagus bagi perekonomian karena dapat menurunkan daya beli masyarakat.
Meski demikian rupiah masih cukup tangguh setelah mendapat sentimen positif dari S&P yang menaikkan rating kredit Indonesia serta Bank Dunia yang tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, lebih tinggi dati rata-rata negara berkembang lainnya sebesar 4,0%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/dru) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular