
BI Akui Inflasi 0,68% Selama Ramadan di Atas Ekspektasi
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 June 2019 17:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menyatakan inflasi selama Ramadan atau pada Mei 2019 di atas ekspektasi. Pasalnya, berdasarkan proyeksi bank sentral, inflasi selama Ramadan tahun ini diperkirakan mencapai 0,51%.
BPS mengumumkan, sepanjang bulan lalu, terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,32%. Capaian tersebut berada di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,53% secara bulanan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, inflasi pada Ramadan pada tahun ini sama dengan rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir di angka 0,68%.
Inflasi Mei, kata Perry dipicu oleh pergerakan harga bahan pangan bergejolak sebesar 1,45% dan kenaikan harga transportasi antarkota akibat pola musiman selama Ramadan dan Lebaran.
"Itu biasa memang di Ramadan, sedikit lebih tinggi dari yang kita perkirakan. Sebelum Ramadan berdasarkan survei pemantauan harga kami sampai minggu keempat waktu itu kan 0,47% secara bulanan," ungkap Perry Warjiyo, saat ditemui di sela acara Halalbihalal BI-OJK di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019).
Ke depan, ia meyakini, inflasi akan tetap rendah dan terkendali. Beberapa faktor yang mendorongnya antara lain, pasokan dari barang dan jasa yang mencukupi.
Selanjutnya, otoritas moneter dan pemerintah terus memperkuat koordinasi melalui tim pengendali inflasi untuk memastikan harga di pasar tetap stabil.
"insyallah inflasi ke depan akan rendah terkendali perkiraan kami akan mendekati 3,2% atau 3,1%," ucap Perry yang juga ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) tersebut.
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan salah satu komponen penyumbang inflasi adalah kenaikan tarif transportasi antarkota. Ia mengatakan untuk kelompok transportasi dan komunikasi inflasi tercatat 0,54% dengan andil 0,10% kepada inflasi keseluruhan.
Salah satu yang dominan naik adalah tarif angkutan udara yang sudah terjadi sejak awal tahun.
"Dominan tarif angkutan kota karena permintaan pulang kampung tinggi dan andil 0,04%, angkutan udara dan kereta api masing-masing andil 0,02%. Jadi sesuatu yang wajar karena kan harga tiket mahal," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (10/6/2019).
Sementara itu, secara tahunan (year on year) atau dibandingkan dengan Mei 2018, inflasi angkutan udara pada Mei 2019 tercatat cukup tinggi sebesar 0,3%. Bahkan penurunan Tarif Batas Atas (TBA) sebesar 16% yang dilakukan pemerintah tidak terlalu berpengaruh kepada inflasi Mei."Kalau kita bicara year on year (yoy), angkutan udara 0,3% (inflasinya).
"Kalau mtm nggak besar karena bulan Mei sudah tinggi meskipun pemerintah sudah turunkan batas atas tapi menjadi tidak begitu kelihatan. Jadi kalau yoy angkutan udara sumbangannya 0,3% terhadap inflasi 3,32%," kata dia.
(dru) Next Article Live Now! BPS Beberkan Tingkat Inflasi Agustus 2019
BPS mengumumkan, sepanjang bulan lalu, terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,32%. Capaian tersebut berada di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,53% secara bulanan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, inflasi pada Ramadan pada tahun ini sama dengan rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir di angka 0,68%.
"Itu biasa memang di Ramadan, sedikit lebih tinggi dari yang kita perkirakan. Sebelum Ramadan berdasarkan survei pemantauan harga kami sampai minggu keempat waktu itu kan 0,47% secara bulanan," ungkap Perry Warjiyo, saat ditemui di sela acara Halalbihalal BI-OJK di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019).
Ke depan, ia meyakini, inflasi akan tetap rendah dan terkendali. Beberapa faktor yang mendorongnya antara lain, pasokan dari barang dan jasa yang mencukupi.
Selanjutnya, otoritas moneter dan pemerintah terus memperkuat koordinasi melalui tim pengendali inflasi untuk memastikan harga di pasar tetap stabil.
"insyallah inflasi ke depan akan rendah terkendali perkiraan kami akan mendekati 3,2% atau 3,1%," ucap Perry yang juga ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) tersebut.
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan salah satu komponen penyumbang inflasi adalah kenaikan tarif transportasi antarkota. Ia mengatakan untuk kelompok transportasi dan komunikasi inflasi tercatat 0,54% dengan andil 0,10% kepada inflasi keseluruhan.
Salah satu yang dominan naik adalah tarif angkutan udara yang sudah terjadi sejak awal tahun.
"Dominan tarif angkutan kota karena permintaan pulang kampung tinggi dan andil 0,04%, angkutan udara dan kereta api masing-masing andil 0,02%. Jadi sesuatu yang wajar karena kan harga tiket mahal," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (10/6/2019).
Sementara itu, secara tahunan (year on year) atau dibandingkan dengan Mei 2018, inflasi angkutan udara pada Mei 2019 tercatat cukup tinggi sebesar 0,3%. Bahkan penurunan Tarif Batas Atas (TBA) sebesar 16% yang dilakukan pemerintah tidak terlalu berpengaruh kepada inflasi Mei."Kalau kita bicara year on year (yoy), angkutan udara 0,3% (inflasinya).
"Kalau mtm nggak besar karena bulan Mei sudah tinggi meskipun pemerintah sudah turunkan batas atas tapi menjadi tidak begitu kelihatan. Jadi kalau yoy angkutan udara sumbangannya 0,3% terhadap inflasi 3,32%," kata dia.
(dru) Next Article Live Now! BPS Beberkan Tingkat Inflasi Agustus 2019
Most Popular