Lima Bulan Berlalu, Rupiah "Nangkring" di Peringkat 4 Asia

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
09 June 2019 14:30
Sejak awal tahun rupiah mengalami penguatan 0,73% dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS).
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tanpa terasa sudah lima bulan berlalu di 2019 ini. Sejak awal tahun rupiah mengalami penguatan 0,73% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sepanjang minggu ini rupiah tidak bergerak karena pasar spot masih libur cuti bersama memperingati Idul Fitri. Namun, rupiah menunjukkan kekuatannya pada pekan keempat bulan Mei kemarin dengan penguatan sebesar 0,8% pada level Rp 14.270/US$.


Melihat kinerja rupiah sejak awal tahun, kinerja mata uang Garuda nyatanya tidak terlalu terpuruk dibandingkan dengan mata uang lainnya. Rupiah menempati peringkat ke-4 dibandingkan mata uang kawasan Asia lainnya.  

Pada perdagangan terakhir sebelum pasar spot di tutup,  ada sesuatu yang membuat rupiah menguat, bahkan rupiah sempat menguat di kisaran 1%. Adalah Standard and Poor's (S&P) yang mengumumkan telah menaikkan peringkat surat utang pemerintah Indonesia dari BBB- menjadi BBB.

Kali terakhir Indonesia mendapatkan peringkat BBB dari lembaga pemeringkat (rating agency) yang berkantor pusat di New York tersebut pada tahun 1995 atau 24 tahun yang lalu.


"Kami menaikkan peringkat utang sebagai cerminan kuatnya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kebijakan yang mendukungnya seiring perkiraan kembali terpilihnya Presiden Joko Widodo (Jokowi). Peringkat utang Indonesia akan terus didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah," sebut keterangan tertulis S&P.

Menurut S&P, Indonesia memang layak mendapatkan 'hadiah' kenaikan rating. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 4,1%. Jauh di atas negara-negara dengan peringkat utang yang sama yaitu 2,2%.

Sepanjang pemerintahan Jokowi, S&P juga memperkirakan defisit anggaran negara stabil rendah di kisaran 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, beban utang dianggap relatif minim.


Kabar gembira dari S&P tersebut menjadi obat kuat yang ampuh buat rupiah. Sebab, keputusan tersebut membuat arus modal asing mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.

Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih mencapai Rp 1,43 triliun yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,72% pada level 6.209.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/prm) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular