
'Bensin' Belum Habis, Wall Street Akan Melesat Lagi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 June 2019 19:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 19:15 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 159 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 17 dan 63 poin.
Walaupun sudah melesat pada perdagangan kemarin (4/6/2019), Wall Street masih belum kehabisan bensin untuk menguat. Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones ditutup menguat 2,06%, indeks S&P 500 melejit 2,14%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 2,65%.
Optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan masih menjadi faktor yang melandasi aksi beli di bursa saham Negeri Paman Sam.
Kemarin, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
"Kami tidak tahu bagaimana atau kapan isu-isu (perdagangan) ini akan terselesaikan," kata Powell, dilansir dari Reuters.
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan dalam sebuah pidato bahwa pemotongan tingkat suku bunga acuan mungkin perlu segera dilakukan.
Komentar dari Powell tersebut datang di saat yang begitu tepat. Pasalnya, melalui publikasi Global Economic Prospects edisi Juni 2019 yang dirilis kemarin malam waktu setempat, Bank Dunia (World Bank) mengafirmasi bahwa perekonomian AS akan menghadapi perlambatan yang signifikan.
Untuk tahun 2019, Bank Dunia masih memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5%, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
"Pertumbuhan AS diperkirakan melambat menjadi 2,5% di 2019 dan terus melemah menjadi 1,7% di 2020 dan 1,6% di 2021 karena dampak dari stimulus fiskal baru-baru ini melemah," tulis publikasi Bank Dunia.
Selain itu, perang dagang dengan China juga menjadi faktor yang membebani perekonomian AS.
"Di lain pihak, kenaikan bea impor dan langkah balasannya diperkirakan akan membebani aktivitas (ekonomi)," lanjut publikasi tersebut.
Jika tingkat suku bunga acuan benar dipangkas nantinya, tingkat suku bunga kredit akan ikut melandai yang tentunya akan memberi insentif bagi dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 5 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 34,4%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 31,8% dan 13,3%.
Sementara itu, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahankan di level 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini hanya tersisa sebesar 2,1% saja, dari yang sebelumnya 52,7% pada bulan lalu.
Pada pukul 21:45 WIB, Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida dijadwalkan memberikan kata sambutan dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Federal Reserve Bank of Chicago. Melalui acara tersebut, investor akan mencoba mencari petunjuk lebih lanjut terkait arah kebijakan suku bunga acuan The Fed ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan Video Kapan Waktu yang tepat Investasi Emas
[Gambas:Video CNBC]
(ank) Next Article Bakal Dibuka Melemah, 'Bulan Madu' Wall Street Sudah Usai?
Walaupun sudah melesat pada perdagangan kemarin (4/6/2019), Wall Street masih belum kehabisan bensin untuk menguat. Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones ditutup menguat 2,06%, indeks S&P 500 melejit 2,14%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 2,65%.
Optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan masih menjadi faktor yang melandasi aksi beli di bursa saham Negeri Paman Sam.
"Kami tidak tahu bagaimana atau kapan isu-isu (perdagangan) ini akan terselesaikan," kata Powell, dilansir dari Reuters.
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan dalam sebuah pidato bahwa pemotongan tingkat suku bunga acuan mungkin perlu segera dilakukan.
Komentar dari Powell tersebut datang di saat yang begitu tepat. Pasalnya, melalui publikasi Global Economic Prospects edisi Juni 2019 yang dirilis kemarin malam waktu setempat, Bank Dunia (World Bank) mengafirmasi bahwa perekonomian AS akan menghadapi perlambatan yang signifikan.
Untuk tahun 2019, Bank Dunia masih memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5%, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
"Pertumbuhan AS diperkirakan melambat menjadi 2,5% di 2019 dan terus melemah menjadi 1,7% di 2020 dan 1,6% di 2021 karena dampak dari stimulus fiskal baru-baru ini melemah," tulis publikasi Bank Dunia.
Selain itu, perang dagang dengan China juga menjadi faktor yang membebani perekonomian AS.
"Di lain pihak, kenaikan bea impor dan langkah balasannya diperkirakan akan membebani aktivitas (ekonomi)," lanjut publikasi tersebut.
Jika tingkat suku bunga acuan benar dipangkas nantinya, tingkat suku bunga kredit akan ikut melandai yang tentunya akan memberi insentif bagi dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 5 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 34,4%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 31,8% dan 13,3%.
Sementara itu, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahankan di level 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini hanya tersisa sebesar 2,1% saja, dari yang sebelumnya 52,7% pada bulan lalu.
Pada pukul 21:45 WIB, Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida dijadwalkan memberikan kata sambutan dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Federal Reserve Bank of Chicago. Melalui acara tersebut, investor akan mencoba mencari petunjuk lebih lanjut terkait arah kebijakan suku bunga acuan The Fed ke depannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan Video Kapan Waktu yang tepat Investasi Emas
[Gambas:Video CNBC]
(ank) Next Article Bakal Dibuka Melemah, 'Bulan Madu' Wall Street Sudah Usai?
Most Popular