
Bakal Dibuka Melemah, 'Bulan Madu' Wall Street Sudah Usai?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 May 2019 20:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 19:40 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 56 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 9 dan 24 poin.
Periode 'bulan madu' bagi Wall Street nampaknya hanya bertahan sehari. Pada perdagangan kemarin (14/5/2019), indeks Dow Jones ditutup menguat 0,82%, indeks S&P 500 naik 0,8%, dan indeks Nasdaq Composite terdongkrak 1,14%.
Lantas, Wall Street berhasil bangkit selepas mengalami sell-off pada awal pekan, di mana indeks Dow Jones jatuh 2,38%, indeks S&P 500 ambruk 2,41%, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 3,41%.
Pelaku pasar kini nampak sudah kembali ke realita yang ada. Perang dagang AS-China sudah tereskalasi dan pastinya akan memberikan tekanan kepada perekonomian kedua negara.
AS telah resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%, sementara China telah mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 Juni mendatang.
Lebih lanjut, ke depan masih ada peluang bahwa perang dagang akan tereskalasi. AS telah memulai proses yang diperlukan untuk mengenakan bea masuk sebesar 25% bagi importasi produk China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang. Kantor Perwakilan Dagang AS pada hari Senin diketahui sudah menerbitkan proposal yang diperlukan untuk mengeksekusi kenaikan bea masuk tersebut.
Selanjutnya, akan digelar dengar pendapat pada tanggal 17 Juni yang kemudian akan diikuti oleh proses diskusi selama setidaknya seminggu. Jika jadi dieksekusi, barang-barang konsumer asal China seperti telepon genggam, komputer, pakaian, dan sepatu akan menjadi lebih mahal.
China pun tak tinggal diam menghadapi ancaman pengenaan bea masuk tambahan tersebut. Pada hari Selasa, China menegaskan bahwa pihaknya tak akan tunduk kepada tekanan seperti itu. Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya berharap AS tidak "meremehkan tekad dan kemauan China untuk melindungi kepentingan-kepentingannya".
Selain panasnya perang dagang AS-China, rilis data ekonomi juga ikut membebani kinerja bursa saham AS. Beberapa saat yang lalu, penjualan barang-barang ritel di AS periode April 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 0,2% secara bulanan, jauh lebih buruk ketimbang konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan Video Antisipasi IHSG Jeblok
[Gambas:Video CNBC]
(ank) Next Article Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?
Periode 'bulan madu' bagi Wall Street nampaknya hanya bertahan sehari. Pada perdagangan kemarin (14/5/2019), indeks Dow Jones ditutup menguat 0,82%, indeks S&P 500 naik 0,8%, dan indeks Nasdaq Composite terdongkrak 1,14%.
Lantas, Wall Street berhasil bangkit selepas mengalami sell-off pada awal pekan, di mana indeks Dow Jones jatuh 2,38%, indeks S&P 500 ambruk 2,41%, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 3,41%.
Pelaku pasar kini nampak sudah kembali ke realita yang ada. Perang dagang AS-China sudah tereskalasi dan pastinya akan memberikan tekanan kepada perekonomian kedua negara.
AS telah resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%, sementara China telah mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 Juni mendatang.
Lebih lanjut, ke depan masih ada peluang bahwa perang dagang akan tereskalasi. AS telah memulai proses yang diperlukan untuk mengenakan bea masuk sebesar 25% bagi importasi produk China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang. Kantor Perwakilan Dagang AS pada hari Senin diketahui sudah menerbitkan proposal yang diperlukan untuk mengeksekusi kenaikan bea masuk tersebut.
Selanjutnya, akan digelar dengar pendapat pada tanggal 17 Juni yang kemudian akan diikuti oleh proses diskusi selama setidaknya seminggu. Jika jadi dieksekusi, barang-barang konsumer asal China seperti telepon genggam, komputer, pakaian, dan sepatu akan menjadi lebih mahal.
China pun tak tinggal diam menghadapi ancaman pengenaan bea masuk tambahan tersebut. Pada hari Selasa, China menegaskan bahwa pihaknya tak akan tunduk kepada tekanan seperti itu. Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya berharap AS tidak "meremehkan tekad dan kemauan China untuk melindungi kepentingan-kepentingannya".
Selain panasnya perang dagang AS-China, rilis data ekonomi juga ikut membebani kinerja bursa saham AS. Beberapa saat yang lalu, penjualan barang-barang ritel di AS periode April 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 0,2% secara bulanan, jauh lebih buruk ketimbang konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan Video Antisipasi IHSG Jeblok
[Gambas:Video CNBC]
(ank) Next Article Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?
Most Popular