
Cemaskan Perang Dagang, Bursa Jepang Dibuka Melemah
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
30 May 2019 07:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Jepang melemah saat dibuka, Kamis (30/5/2019), menyusul hasil negatif yang dicatatkan Wall Street dini hari tadi. Investor global mencemaskan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus meninggi.
Indeks acuan Nikkei 225 jatuh 0,57% sementara indeks Topix harus kehilangan 0,63% di awal perdagangan, AFP melaporkan.
Dini hari tadi, indeks-indeks acuan Wall Street juga terpuruk di zona merah akibat kecemasan melambatnya perekonomian dan memanasnya perang dagang AS-China.
Dow Jones Industrial Average anjlok 221,36 poin 0,87%, S&P 500 kehilangan 0,69%, sementara Nasdaq Composite terperosok 0,79% di akhir perdagangan. Dow Jones bahkan sempat rontok hingga 400 poin ketika yield obligasi AS atau US Treasury bertenor 10 tahun menyentuh posisi terendahnya hari itu.
Imbal hasil obligasi acuan itu menyentuh level terendahnya sejak November 2017 sebelum rebound ke level sekitar 2,26%. Yield ini terinversi atau terbalik (inverted) karena imbal hasil Treasury bertenor 3 bulan ada di 2,36% atau jauh lebih tinggi dibandingkan tenor 10 tahun tadi.
Ini menandakan investor memperkirakan perekonomian AS akan menghadapi tantangan dalam waktu dekat sehingga meminta imbal hasil yang lebih tinggi. Inversi yield atau inverted yield juga dipandang pasar sebagai tanda resesi ada di depan mata, dilansir dari CNBC International.
Langkah AS dan China yang saling mengenakan bea impor sejak awal 2018 memukul pasar keuangan dan membuat suram mood para pelaku usaha dan konsumen. Perseteruan itu juga mengguncang pasar keuangan dunia dan merusak rantai pasokan global.
(prm) Next Article Sabda The Fed Menyambar Asia, Bursa Tokyo Merah
Indeks acuan Nikkei 225 jatuh 0,57% sementara indeks Topix harus kehilangan 0,63% di awal perdagangan, AFP melaporkan.
Dini hari tadi, indeks-indeks acuan Wall Street juga terpuruk di zona merah akibat kecemasan melambatnya perekonomian dan memanasnya perang dagang AS-China.
Imbal hasil obligasi acuan itu menyentuh level terendahnya sejak November 2017 sebelum rebound ke level sekitar 2,26%. Yield ini terinversi atau terbalik (inverted) karena imbal hasil Treasury bertenor 3 bulan ada di 2,36% atau jauh lebih tinggi dibandingkan tenor 10 tahun tadi.
Ini menandakan investor memperkirakan perekonomian AS akan menghadapi tantangan dalam waktu dekat sehingga meminta imbal hasil yang lebih tinggi. Inversi yield atau inverted yield juga dipandang pasar sebagai tanda resesi ada di depan mata, dilansir dari CNBC International.
Langkah AS dan China yang saling mengenakan bea impor sejak awal 2018 memukul pasar keuangan dan membuat suram mood para pelaku usaha dan konsumen. Perseteruan itu juga mengguncang pasar keuangan dunia dan merusak rantai pasokan global.
(prm) Next Article Sabda The Fed Menyambar Asia, Bursa Tokyo Merah
Most Popular