Terkena Bara Perang Dagang AS-China, Bursa Saham Asia Jatuh

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 May 2019 17:38
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Jason Lee
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu ini (29/5/2019). Indeks Nikkei anjlok 1,21%, indeks Hang Seng melemah 0,57%, indeks Straits Times terkoreksi 0,06%, dan indeks Kospi jeblok 1,25%.

Panasnya bara perang dagang AS-China menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada hari ini, CNBC International melaporkan bahwa Huawei telah mengambil langkah hukum guna mempercepat penyelesaian gugatan yang diajukannya terhadap pemerintah AS.

Sebagai informasi, pada bulan Maret Huawei mengajukan gugatan terhadap pemerintah AS lantaran menganggap bahwa hukum yang memblokir lembaga-lembaga pemerintah untuk membeli perangkat telekomunikasi dari Huawei tidaklah berlandaskan konstitusi. Hukum yang dimaksud tersebut dikenal dengan nama National Defense Authorization Act (NDAA).


Bagian 889 dari NDAA melarang lembaga-lembaga pemerintah untuk membeli perangkat telekomunikasi dari Huawei dan raksasa telekomunikasi asal China lainnya, ZTE.

Kini, Huawei mengajukan apa yang dikenal dalam istilah hukum sebagai "motion for summary judgement."

Intinya, Huawei meminta kepada pengadilan untuk memenangkannya dalam gugatan yang sebelumnya mereka ajukan, atas dasar bahwa sengketa dengan AS menghadirkan kejanggalan terkait hukum (NDAA dan konstitusi AS) dan tidak berlandaskan fakta.

Dengan Huawei yang terus gencar dalam mempertahankan diri dari serangan AS, kesepakatan dagang AS-China berpotensi akan kian sulit untuk dicapai.

Apalagi, China tampaknya sudah menyiapkan strategi baru guna melawan AS.

Kemarin, seorang pejabat pemerintahan China memberikan pernyataan yang mengindikasikan bahwa China dapat menggunakan dominasinya atas kepemilikan tanah jarang (rare earth) sebagai senjata dalam melawan AS, dilansir dari CNBC International.

Sebagai informasi, tanah jarang merupakan komponen yang sangat penting dalam membuat berbagai macam produk, salah satunya baterai.

Jika perang dagang justru menjadi semakin tereskalasi nantinya, tentu tekanan terhadap perekonomian kedua negara akan semakin besar. Mengingat posisi AS dan China sebagai dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tekanan terhadap perekonomian kedua negara tentu akan membawa dampak negatif bagi laju perekonomian negara-negara lain.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article AS-China Teken Kesepakatan 15 Januari, Bursa Asia Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular