
Gara-gara Investor Asing, IHSG Anomali dengan Bursa Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 May 2019 15:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan anomali dalam 2 hari perdagangan terakhir jika dibandingkan dengan bursa saham utama kawasan Asia, tak ada kompak-kompaknya sama sekali.
Pada perdagangan Selasa kemarin (28/5/2019), IHSG ditutup anjlok 1,08% kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai melesat 0,61%, indeks Hang Seng juga naik 0,38%, dan indeks Kospi naik 0,23%.
Pada Rabu ini (29/5/2019) hingga pukul 15:00 WIB, IHSG melejit 1,13%. Padahal, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan melemah: indeks Nikkei turun 1,21%, indeks Hang Seng amblas 0,45%, indeks Straits Times turun 0,33%, dan indeks Kospi anjlok 1,25%.
Investor asing menjadi sosok yang membuat kinerja IHSG selalu menunjukkan anomali dalam 2 hari terakhir. Pada perdagangan kemarin, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 297,6 miliar di pasar saham Indonesia (pasar reguler).
Aksi jual itu mendorong IHSG terperosok ke zona merah. Adapun hari ini, investor asing tercatat membukukan beli bersih senilai Rp 305,4 miliar.
Perilaku investor asing begitu sulit diprediksi. Kala sentimen positif menyelimuti pada perdagangan kemarin (yang pada akhirnya membuat mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menghijau), investor asing justru sibuk berjualan.
Kala sentimen negatif menyelimuti pada hari ini (yang pada akhirnya membuat mayoritas bursa saham utama kawasan Asia melemah), eh investor asing justru sibuk memborong saham-saham di Tanah Air.
Sejatinya, kondisi yang ada pada saat ini memang memungkinkan bagi investor asing untuk melakukan aksi beli dan jual di pasar saham Indonesia.
Di satu sisi, terhitung sejak awal Mei hingga tanggal 27 Mei, investor asing tercatat sudah membukukan jual bersih senilai Rp 10,3 triliun di pasar reguler. Dalam 18 hari perdagangan di periode tersebut, investor asing tercatat hanya membukukan beli bersih selama 2 kali, sementara sisanya adalah jual bersih.
Aksi jual yang sudah terus-menerus dilakukan tentu membuka ruang bagi investor asing untuk kembali mengoleksi saham-saham di Indonesia, dan hal itu dapat kita lihat pada hari ini.
Di sisi lain, pergerakan rupiah tak mendukung bagi investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia.
Memang, kemarin rupiah membukukan penguatan sebesar 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.370/dolar AS, menandai penguatan selama 4 hari beruntun. Namun, penguatan rupiah tersebut dipicu oleh intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Kalau tidak ada intervensi, niscaya rupiah akan melemah lantaran indeks dolar AS kemarin sedang begitu perkasa (+0,14% hingga akhir perdagangan di bursa saham tanah air). Pada hari ini, indeks dolar AS kembali menguat (+0,02%), mendorong rupiah melemah 0,38% ke level Rp 14.425/dolar AS.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi opsi yang sangat mungkin diambil.
Ke depan, perilaku investor asing berpotensi terus membuat pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja yang berbeda dengan pasar saham negara-negara Asia lainnya dan hal ini patut menjadi perhatian investor.
Pasalnya, jika hanya mendasarkan pengambilan keputusan berdasarkan sentimen-sentimen yang ada tanpa memperkirakan perilaku investor asing, bisa jadi bukan keuntungan yang diraup namun malah kerugian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Pada perdagangan Selasa kemarin (28/5/2019), IHSG ditutup anjlok 1,08% kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat: indeks Nikkei naik 0,37%, indeks Shanghai melesat 0,61%, indeks Hang Seng juga naik 0,38%, dan indeks Kospi naik 0,23%.
Pada Rabu ini (29/5/2019) hingga pukul 15:00 WIB, IHSG melejit 1,13%. Padahal, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan melemah: indeks Nikkei turun 1,21%, indeks Hang Seng amblas 0,45%, indeks Straits Times turun 0,33%, dan indeks Kospi anjlok 1,25%.
Investor asing menjadi sosok yang membuat kinerja IHSG selalu menunjukkan anomali dalam 2 hari terakhir. Pada perdagangan kemarin, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 297,6 miliar di pasar saham Indonesia (pasar reguler).
Aksi jual itu mendorong IHSG terperosok ke zona merah. Adapun hari ini, investor asing tercatat membukukan beli bersih senilai Rp 305,4 miliar.
Perilaku investor asing begitu sulit diprediksi. Kala sentimen positif menyelimuti pada perdagangan kemarin (yang pada akhirnya membuat mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menghijau), investor asing justru sibuk berjualan.
Kala sentimen negatif menyelimuti pada hari ini (yang pada akhirnya membuat mayoritas bursa saham utama kawasan Asia melemah), eh investor asing justru sibuk memborong saham-saham di Tanah Air.
Sejatinya, kondisi yang ada pada saat ini memang memungkinkan bagi investor asing untuk melakukan aksi beli dan jual di pasar saham Indonesia.
Di satu sisi, terhitung sejak awal Mei hingga tanggal 27 Mei, investor asing tercatat sudah membukukan jual bersih senilai Rp 10,3 triliun di pasar reguler. Dalam 18 hari perdagangan di periode tersebut, investor asing tercatat hanya membukukan beli bersih selama 2 kali, sementara sisanya adalah jual bersih.
Aksi jual yang sudah terus-menerus dilakukan tentu membuka ruang bagi investor asing untuk kembali mengoleksi saham-saham di Indonesia, dan hal itu dapat kita lihat pada hari ini.
Di sisi lain, pergerakan rupiah tak mendukung bagi investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia.
Memang, kemarin rupiah membukukan penguatan sebesar 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.370/dolar AS, menandai penguatan selama 4 hari beruntun. Namun, penguatan rupiah tersebut dipicu oleh intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Kalau tidak ada intervensi, niscaya rupiah akan melemah lantaran indeks dolar AS kemarin sedang begitu perkasa (+0,14% hingga akhir perdagangan di bursa saham tanah air). Pada hari ini, indeks dolar AS kembali menguat (+0,02%), mendorong rupiah melemah 0,38% ke level Rp 14.425/dolar AS.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham menjadi opsi yang sangat mungkin diambil.
Ke depan, perilaku investor asing berpotensi terus membuat pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja yang berbeda dengan pasar saham negara-negara Asia lainnya dan hal ini patut menjadi perhatian investor.
Pasalnya, jika hanya mendasarkan pengambilan keputusan berdasarkan sentimen-sentimen yang ada tanpa memperkirakan perilaku investor asing, bisa jadi bukan keuntungan yang diraup namun malah kerugian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular