
Dolar Australia Ngamuk, Usai Sudah 3 Hari Penguatan Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 May 2019 14:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat tajam pada perdagangan Rabu ini (29/5/19) melawan rupiah. Bahkan penguatan rupiah selama 3 hari sebelumnya dibabat habis.
Pada perdagangan Selasa kemarin (28/5/19), dolar Australia berakhir nyaris flat melawan rupiah. Padahal 3 hari sebelumnya dolar Australia selalu melemah. Total pelemahan dolar Australia dalam 3 hari itu sebesar 0,46%, sementara pada pukul 12:05 WIB hari ini diperdagangkan di kisaran Rp 9.995,08 atau menguat 0,50%.
Prediksi ekonomi global akan melambat di kuartal-II 2019 memberikan pukulan bagi rupiah. Menguatnya prediksi ekonomi akan melambat dipicu oleh serangkaian data ekonomi Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu yang menunjukkan pelambatan.
Beberapa bank investasi ternama langsung memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. Morgan Stanley memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal ini sebesar 0,6% diturunkan dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 1,0%. Begitu juga dengan JPMorgan yang menurunkan prediksi menjadi 1,0% dari sebelumnya 2,25%. Proyeksi tersebut jauh di bawah pertumbuhan kuartal-I sebesar 3,2%.
Rupiah sebagai mata uang emerging market dianggap sebagai aset yang berisiko sehingga lebih tertekan akibat pelambatan ekonomi global dibandingkan dengan dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Pada perdagangan Selasa kemarin (28/5/19), dolar Australia berakhir nyaris flat melawan rupiah. Padahal 3 hari sebelumnya dolar Australia selalu melemah. Total pelemahan dolar Australia dalam 3 hari itu sebesar 0,46%, sementara pada pukul 12:05 WIB hari ini diperdagangkan di kisaran Rp 9.995,08 atau menguat 0,50%.
Beberapa bank investasi ternama langsung memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. Morgan Stanley memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal ini sebesar 0,6% diturunkan dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 1,0%. Begitu juga dengan JPMorgan yang menurunkan prediksi menjadi 1,0% dari sebelumnya 2,25%. Proyeksi tersebut jauh di bawah pertumbuhan kuartal-I sebesar 3,2%.
Rupiah sebagai mata uang emerging market dianggap sebagai aset yang berisiko sehingga lebih tertekan akibat pelambatan ekonomi global dibandingkan dengan dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular