
Analisis Teknikal
Kembali Tertekan Politik Inggris, Ini Peluang Trading Pound
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 May 2019 14:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika politik di Inggris terus menekan kurs poundsterling hingga melemah dalam 2 hari beruntun selama pekan ini. Tekanan terhadap pound terlihat masih kuat pada perdagangan Rabu ini (29/5/19).
Potensi terjadinya Hard Brexit atau Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun makin menguat setelah setelah Theresa May menyatakan akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 7 Juni mendatang. Sentimen ini terus membayangi kurs poundsterling terhadap dolar AS.
Ditambah lagi, nama Boris Jonhson kini diunggulkan menjadi suksesor May. Johnson merupakan tokoh anti Uni Eropa, dan merupakan salah satu pendukung Brexit saat referendum 2016, sehingga kemungkinan besar bakal terjadi Hard Brexit.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) yang masih berada di wilayah negatif dan semakin dalam. Ini mengindikasikan tekanan turun yang masih kuat.
Poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis biru), MA 21 hari (garis hijau), dan kembali ke bawah MA 8 hari (garis merah), yang memberikan tekanan tambahan bagi pound.
Sementara pada time frame 1 jam, GBP/USD bergerak di bawah MA 8, 21, dan MA 125. MACD bergerak mendatar dan berada di wilayah negatif. Sementara Stochastic bergerak turun dan sudah masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).
Setelah menembus ke bawah US$ 1,2644, level tersebut kini menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Selama tertahan di bawah level tersebut pound berpeluang turun ke US$ 1,2644. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang turun ke US$1,2622.
Sementara jika berhasil melewati resisten, GBP/USD berpotensi naik ke US$ 1,2865.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Support Kuat Jebol, Pound Berpeluang Turun Lagi
Potensi terjadinya Hard Brexit atau Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun makin menguat setelah setelah Theresa May menyatakan akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 7 Juni mendatang. Sentimen ini terus membayangi kurs poundsterling terhadap dolar AS.
Ditambah lagi, nama Boris Jonhson kini diunggulkan menjadi suksesor May. Johnson merupakan tokoh anti Uni Eropa, dan merupakan salah satu pendukung Brexit saat referendum 2016, sehingga kemungkinan besar bakal terjadi Hard Brexit.
![]() |
Pada grafik harian indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) yang masih berada di wilayah negatif dan semakin dalam. Ini mengindikasikan tekanan turun yang masih kuat.
Poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis biru), MA 21 hari (garis hijau), dan kembali ke bawah MA 8 hari (garis merah), yang memberikan tekanan tambahan bagi pound.
![]() |
Sementara pada time frame 1 jam, GBP/USD bergerak di bawah MA 8, 21, dan MA 125. MACD bergerak mendatar dan berada di wilayah negatif. Sementara Stochastic bergerak turun dan sudah masuk ke wilayah jenuh jual (oversold).
Setelah menembus ke bawah US$ 1,2644, level tersebut kini menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Selama tertahan di bawah level tersebut pound berpeluang turun ke US$ 1,2644. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang turun ke US$1,2622.
Sementara jika berhasil melewati resisten, GBP/USD berpotensi naik ke US$ 1,2865.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Support Kuat Jebol, Pound Berpeluang Turun Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular