
Bara Demo 22 Mei Mendingin, Asing Masih Obral Saham
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 11:02

Kehadiran awan gelap dari AS menjadi faktor yang mendorong investor asing untuk kembali keluar dari pasar saham tanah air. Awan gelap yang dimaksud adalah rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve selaku bank sentral AS.
Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International. Tak mengerek naik, namun juga tak memangkasnya.
“Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar… kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu,” tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu, dilansir dari Reuters.
Dengan memudarnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, praktis dolar AS menjadi berada dalam posisi yang kuat. Memang, hingga berita ini diturunkan rupiah bisa menguat 0,07% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.510/dolar AS.
Namun jangan lupa, dalam 3 hari pertama di pekan ini (20-22 Mei), rupiah selalu melemah. Jika dihitung, pelemahan dalam periode tersebut mencapai 0,52%. Wajar jika rupiah bisa rehat sejenak dengan membukukan penguatan pada hari ini.
Kedepannya, dengan The Fed yang ternyata masih sulit didorong untuk memangkas tingkat suku bunga acuan, rupiah bisa kembali melemah.
Apalagi, perkembangan terbaru juga menunjukkan bahwa anggota The Fed masih nyaman dengan kebijakan yang sudah diambilnya sejauh ini. Dalam wawancara pada hari Rabu dengan Fox Business, Dallas Federal Reserve president Robert Kaplan mengatakan bahwa untuk menggerakkan tingkat suku bunga acuan (baik naik maupun turun), dirinya perlu melihat suatu hal yang meyakinkan.
“Pada dasarnya, kami berada dalam pengaturan kebijakan yang tepat,” kata Kaplan, dilansir dari Reuters.
Jika rupiah kembali melemah di masa depan, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs. Sebagai langkah antisipasi, mereka terus melepas saham-saham di tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International. Tak mengerek naik, namun juga tak memangkasnya.
“Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar… kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu,” tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu, dilansir dari Reuters.
Namun jangan lupa, dalam 3 hari pertama di pekan ini (20-22 Mei), rupiah selalu melemah. Jika dihitung, pelemahan dalam periode tersebut mencapai 0,52%. Wajar jika rupiah bisa rehat sejenak dengan membukukan penguatan pada hari ini.
Kedepannya, dengan The Fed yang ternyata masih sulit didorong untuk memangkas tingkat suku bunga acuan, rupiah bisa kembali melemah.
Apalagi, perkembangan terbaru juga menunjukkan bahwa anggota The Fed masih nyaman dengan kebijakan yang sudah diambilnya sejauh ini. Dalam wawancara pada hari Rabu dengan Fox Business, Dallas Federal Reserve president Robert Kaplan mengatakan bahwa untuk menggerakkan tingkat suku bunga acuan (baik naik maupun turun), dirinya perlu melihat suatu hal yang meyakinkan.
“Pada dasarnya, kami berada dalam pengaturan kebijakan yang tepat,” kata Kaplan, dilansir dari Reuters.
Jika rupiah kembali melemah di masa depan, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs. Sebagai langkah antisipasi, mereka terus melepas saham-saham di tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular