Bara Demo 22 Mei Mendingin, Asing Masih Obral Saham

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 11:02
Bara Demo 22 Mei Mendingin, Asing Masih Obral Saham
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini begitu membanggakan. Dibuka menguat 0,07% ke level 5.944,03, IHSG terus memperlebar penguatannya seiring dengan berjalannya waktu. Pada pukul 10:30 WIB, IHSG melesat hingga 1,45% ke level 6.025,96.

Namun sayang, investor asing masih enggan menyentuh saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 145,2 miliar di pasar reguler, melansir data dari RTI. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai jual bersih yang ke 15 secara beruntun (sejak 3 Mei) di pasar reguler. Jika ditotal, dalam 14 hari perdagangan sebelumnya, jual bersih investor asing di pasar reguler mencapai Rp 10 triliun.


Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 58,7 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 20,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 13,6 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 11,2 miliar), dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk/MAPA (Rp 10,4 miliar).

Lantas, penguatan IHSG pada hari ini dapat dikatakan disumbang oleh investor domestik.

Mendinginnya bara demo 22 Mei menjadi faktor yang memantik aksi beli dari investor domestik di bursa saham tanah air. Seperti diketahui, sejak Rabu dini hari (22/5/2019) massa menggelar demo di berbagai titik di Jakarta yang berujung menjadi kericuhan. Salah satu lokasi yang menjadi titik kericuhan adalah Tanah Abang.

Demo ini berkaitan dengan penolakan sejumlah kelompok masyarakat terhadap hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) yang memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa terdapat 200 orang luka-luka karena kericuhan demo tersebut. Anies bahkan menyebut ada 6 orang yang tewas.

Kemarin sore (selepas perdagangan di pasar keuangan Indonesia ditutup), massa kembali menyemut di depan Gedung Bawaslu. Aksi yang sempat berlangsung damai pun berbalik menjadi ricuh lagi. Salah satu area di Gedung Bawaslu bahkan diketahui sempat terbakar saat kericuhan terjadi. Api diduga berasal dari molotov yang dilempar para pericuh.

Namun, kini kondisi di sekitar Jalan MH Thamrin yang merupakan lokasi Gedung Bawaslu sudah mulai kondusif. Melansir CNN Indonesia, Jalan MH Thamrin sekitar Kantor Bawaslu RI mulai kembali dibuka pada pagi hari ini setelah Satuan Brimob Polri bisa mengendalikan situasi.

Bara demo yang sudah mendingin ini membuat kecemasan yang dirasakan investor domestik menjadi berkurang, memberikan optimisme untuk masuk ke pasar saham. Kehadiran awan gelap dari AS menjadi faktor yang mendorong investor asing untuk kembali keluar dari pasar saham tanah air. Awan gelap yang dimaksud adalah rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve selaku bank sentral AS.

Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International. Tak mengerek naik, namun juga tak memangkasnya.

“Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar… kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu,” tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu, dilansir dari Reuters.

Dengan memudarnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, praktis dolar AS menjadi berada dalam posisi yang kuat. Memang, hingga berita ini diturunkan rupiah bisa menguat 0,07% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.510/dolar AS.

Namun jangan lupa, dalam 3 hari pertama di pekan ini (20-22 Mei), rupiah selalu melemah. Jika dihitung, pelemahan dalam periode tersebut mencapai 0,52%. Wajar jika rupiah bisa rehat sejenak dengan membukukan penguatan pada hari ini.

Kedepannya, dengan The Fed yang ternyata masih sulit didorong untuk memangkas tingkat suku bunga acuan, rupiah bisa kembali melemah.

Apalagi, perkembangan terbaru juga menunjukkan bahwa anggota The Fed masih nyaman dengan kebijakan yang sudah diambilnya sejauh ini. Dalam wawancara pada hari Rabu dengan Fox Business, Dallas Federal Reserve president Robert Kaplan mengatakan bahwa untuk menggerakkan tingkat suku bunga acuan (baik naik maupun turun), dirinya perlu melihat suatu hal yang meyakinkan.

“Pada dasarnya, kami berada dalam pengaturan kebijakan yang tepat,” kata Kaplan, dilansir dari Reuters.

Jika rupiah kembali melemah di masa depan, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs. Sebagai langkah antisipasi, mereka terus melepas saham-saham di tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular