Ada Demo Tolak Hasil Pilpres, Bagaimana Nasib Rupiah?
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
22 May 2019 09:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan pasar spot Rabu ini (22/5/2019). Namun kurs dolar AS tetap betah di kisaran Rp 14.400.
Pada Rabu pagi ini, US$ 1 dibanderol Rp 14.465/US$ kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan Selasa kemarin.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini sebetulnya tidak dipengaruhi oleh sentimen hasil rekapitulasi akhir Pilpres 2019 yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dini hari kemarin.
Pasalnya, kemenangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebetulnya sudah diprediksi oleh pasar sejak hasil hitung cepat (quick count) dirilis pada April lalu setelah pencoblosan selesai, 17 April.
Menurut dia, pergerakan rupiah masih sangat dominan disebabkan oleh faktor global seperti memanasnya perang dagang AS-China, ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap Iran hingga kebijakan moneter bank sentral The Fed di AS.
"Kalau menurut saya tidak signifikan [kemenangan Jokowi angkat rupiah] karena kalau terakhir-terakhir ini pengaruh eksternal yang lebih kuat. Jadi yang KPU ini memang sudah dalam ekspektasi pengumumannya kemarin. Kan memang setiap quick count itu, mereka di luar sudah terbiasa dan hasilnya pun enggak beda jauh dari itu," ujar David kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/5/2019).
Adanya aksi 22 Mei hari ini juga dinilai tidak akanmembuatinvestorasinhg khawatir. Pasalnya unjuk rasa tersebut dinilai wajar sebagai dinamika politik di Indonesia setelah adanya Pemilihan Presiden. Hanya saja, dia menekankan masih ada sentimen negatif jika kondisi benar-benar memburuk.
"Tapi dugaan kondisi memburuk mungkin menjadi sentimen negatif. Sejauh ini sih enggak ada pengaruhnya sentimen euforia atau semacamnya ya, tetap relatif stabil," jelasnya.
Sepanjang hari ini, rupiah diproyeksikan akan bergerak stabil melihat kondisi global yang juga tidak terlalu memanas. Artinya, David menilai bahwa faktor global lebih mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini.
"Selama aksinya terbatas, tidak meluas ya saya pikir untuk kondisi hari ini rupiah relatif stabil saja sih, BI juga ada di pasar. Rupiah masih Rp14,420 - Rp14,500 per dolar AS, ya sekitar itu," tutupnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah yang melemah pada Mei ini memang tidak terlepas dari pengaruh sentimen global. Sentimen itu terkait dengan eskalasi perang dagang sehingga memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
"Selain itu, pola musiman peningkatan permintaan valas untuk kebutuhan pembayaran dividen nonresiden turut mempengaruhi pelemahan rupiah," katanya dalam keterangan resmi BI.
Ke depan, kataya, BI memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga sejalan dengan prospek Neraca Pembayaran Indonesia 2019 yang membaik.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas," katanya.
(tas) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Pada Rabu pagi ini, US$ 1 dibanderol Rp 14.465/US$ kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan Selasa kemarin.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini sebetulnya tidak dipengaruhi oleh sentimen hasil rekapitulasi akhir Pilpres 2019 yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dini hari kemarin.
Pasalnya, kemenangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebetulnya sudah diprediksi oleh pasar sejak hasil hitung cepat (quick count) dirilis pada April lalu setelah pencoblosan selesai, 17 April.
Menurut dia, pergerakan rupiah masih sangat dominan disebabkan oleh faktor global seperti memanasnya perang dagang AS-China, ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap Iran hingga kebijakan moneter bank sentral The Fed di AS.
Adanya aksi 22 Mei hari ini juga dinilai tidak akanmembuatinvestorasinhg khawatir. Pasalnya unjuk rasa tersebut dinilai wajar sebagai dinamika politik di Indonesia setelah adanya Pemilihan Presiden. Hanya saja, dia menekankan masih ada sentimen negatif jika kondisi benar-benar memburuk.
"Tapi dugaan kondisi memburuk mungkin menjadi sentimen negatif. Sejauh ini sih enggak ada pengaruhnya sentimen euforia atau semacamnya ya, tetap relatif stabil," jelasnya.
Sepanjang hari ini, rupiah diproyeksikan akan bergerak stabil melihat kondisi global yang juga tidak terlalu memanas. Artinya, David menilai bahwa faktor global lebih mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini.
"Selama aksinya terbatas, tidak meluas ya saya pikir untuk kondisi hari ini rupiah relatif stabil saja sih, BI juga ada di pasar. Rupiah masih Rp14,420 - Rp14,500 per dolar AS, ya sekitar itu," tutupnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah yang melemah pada Mei ini memang tidak terlepas dari pengaruh sentimen global. Sentimen itu terkait dengan eskalasi perang dagang sehingga memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
"Selain itu, pola musiman peningkatan permintaan valas untuk kebutuhan pembayaran dividen nonresiden turut mempengaruhi pelemahan rupiah," katanya dalam keterangan resmi BI.
Ke depan, kataya, BI memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga sejalan dengan prospek Neraca Pembayaran Indonesia 2019 yang membaik.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas," katanya.
(tas) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular