Rupiah Ditutup Menguat Tipis, Dolar AS Jadi Rp16.280

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
24 July 2025 15:07
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pada ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (24/7/2025).

Melansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 0,03% pada posisi Rp16.280/US$. Secara intraday rupiah sempat menguat 0,21% ke level Rp16,250/US$, namun pada akhirnya penguatan tersebut mesti berkurang hingga di penutupan.

Disisi lain, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,08% ke level 97,28.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan kemarin Rabu (23/7/2025) DXY mengalami pelemahan sebesar 0,18% di level 97,21 yang menandakan pelemahan selama empat hari berturut-turut bagi indeks dolar AS.

Pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini di pengaruhi oleh sentimen luar maupun dalam negeri.

Dolar AS terpantau masih bergerak lemah meski sempat stabil setelah menyentuh level terendah dalam dua setengah pekan terakhir. Sentimen negatif terhadap greenback muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Presiden Donald Trump dan Federal Reserve.

Trump dijadwalkan mengunjungi kantor pusat The Fed pada hari ini, Kamis (24/7/2025) malam waktu setempat, di tengah kritik tajam yang terus Trump lontarkan terhadap Ketua The Fed Jerome Powell karena enggan memangkas suku bunga.

Kekhawatiran investor atas independensi bank sentral pun meningkat, apalagi setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyerukan tinjauan ulang terhadap kinerja The Fed. Tak hanya itu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick bahkan secara terbuka menyebut Powell harus diganti dan menuntut penurunan suku bunga.

Ketidakpastian arah kebijakan moneter AS ini menekan daya tarik dolar dan turut memberi tekanan terhadap rupiah.

Dari dalam negeri, pasar mencermati proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baru dirilis oleh dua lembaga internasional, Asian Development Bank (ADB) dan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO).

ADB mempertahankan outlook pertumbuhan RI di 5,0% pada 2025, didukung konsumsi rumah tangga, stimulus fiskal, serta pelonggaran suku bunga oleh Bank Indonesia.

Sementara itu, AMRO justru memangkas proyeksi pertumbuhan menjadi 4,8% akibat dampak dari kebijakan tarif dagang AS terhadap ekspor dan konsumsi domestik. Kenaikan tarif impor AS menjadi 19% dinilai membebani permintaan dan menjadi risiko tambahan bagi prospek pemulihan ekonomi RI.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak 'Roller Coaster' Rupiah di Semester I-2025, Dolar Masih Perkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular