Sebulan Anjlok Nyaris 3%, Rupiah Kini Runner-up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 May 2019 08:31
Sebulan Anjlok Nyaris 3%, Rupiah Kini <i>Runner-up</i> Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Semoga penguatan ini bertahan hingga penutupan pasar, karena rupiah sudah cukup lama tertekan. 

Pada Rabu (22/5/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.465 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Penguatan ini, walau tipis, terasa melegakan. Kali terakhir rupiah ditutup menguat adalah pada 16 Mei. Sejak saat itu hingga kemarin, depresiasi mata uang Tanah Air di hadapan dolar AS adalah 0,21%. 

Jika ditarik lebih jauh, pelemahan rupiah lebih dalam lagi. Selama sebulan terakhir, depresiasi rupiah mencapai 2,81%. 

 
Namun derita yang panjang itu membawa hikmah. Rupiah jadi punya tenaga untuk mengalami technical rebound. Nilainya yang sudah murah membuat rupiah menjadi menarik di mata investor. Aksi beli membuat rupiah berhasil mentas dari zona merah.


Lebih mantap lagi, penguatan rupiah terjadi kala sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Selain rupiah, hanya yuan China yang mampu menguat. 

Saat ini, apresiasi yuan lebih tajam ketimbang rupiah. Oleh karena itu, rupiah harus puas duduk di peringkat kedua klasemen mata uang Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:13 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah berhasil melawan arus penguatan dolar AS yang melanda Asia. Sebenarnya bukan cuma di Asia, mata uang Negeri Paman Sam juga perkasa di tingkat global. 

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,46%. Sejak awal tahun indeks ini melesat dengan penguatan 1,92%. 



Hari ini, kekuatan dolar AS datang dari perkembangan di Inggris. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) memasuki babak baru. 

Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengajukan proposal Brexit keempat. Sebenarnya hampir tidak ada hal baru yang ditawarkan dalam proposal jilid IV ini.

Mengutip BBC, rencana seputar backstop di perbatasan Republik Irlandia dan Irlandia Utara masih ada dan sama dengan proposal-proposal sebelumnya. Kemudian ada soal perlindungan hak-hak tenaga kerja Inggris yang bekerja di Uni Eropa dan sebaliknya. Ini juga sudah tertuang di proposal yang pernah diajukan. 

Namun ada satu hal yang agak berbeda, yaitu May memasukkan opsi menggelar referendum ulang jika kondisi memang mengharuskan. Artinya, rakyat Inggris bisa kembali memberikan suara apakah mereka masih mau berpisah dengan Uni Eropa atau kembali ke pangkuan Brussel. 

Proposal Brexit edisi keempat ini rencananya akan dibawa ke parlemen pada minggu pertama Juni dan harus kembali melalui proses voting. Ini yang tidak mudah, karena suara sumbang dari Palace of Westminster. 

"Kami tidak bisa mendukung. Sebab proposal ini hanya mengulang apa yang sudah pernah dibahas sebelumnya," kata Jeremy Corbyn, Pimpinan Partai Buruh, mengutip Reuters. 

Ketidakpastian dan risiko No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat konsesi apa-apa) yang masih tinggi membuat investor mencari aman di pelukan dolar AS. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular