
Sebulan Anjlok Nyaris 3%, Rupiah Kini Runner-up Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 May 2019 08:31

Rupiah berhasil melawan arus penguatan dolar AS yang melanda Asia. Sebenarnya bukan cuma di Asia, mata uang Negeri Paman Sam juga perkasa di tingkat global.
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,46%. Sejak awal tahun indeks ini melesat dengan penguatan 1,92%.
Hari ini, kekuatan dolar AS datang dari perkembangan di Inggris. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) memasuki babak baru.
Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengajukan proposal Brexit keempat. Sebenarnya hampir tidak ada hal baru yang ditawarkan dalam proposal jilid IV ini.
Mengutip BBC, rencana seputar backstop di perbatasan Republik Irlandia dan Irlandia Utara masih ada dan sama dengan proposal-proposal sebelumnya. Kemudian ada soal perlindungan hak-hak tenaga kerja Inggris yang bekerja di Uni Eropa dan sebaliknya. Ini juga sudah tertuang di proposal yang pernah diajukan.
Namun ada satu hal yang agak berbeda, yaitu May memasukkan opsi menggelar referendum ulang jika kondisi memang mengharuskan. Artinya, rakyat Inggris bisa kembali memberikan suara apakah mereka masih mau berpisah dengan Uni Eropa atau kembali ke pangkuan Brussel.
Proposal Brexit edisi keempat ini rencananya akan dibawa ke parlemen pada minggu pertama Juni dan harus kembali melalui proses voting. Ini yang tidak mudah, karena suara sumbang dari Palace of Westminster.
"Kami tidak bisa mendukung. Sebab proposal ini hanya mengulang apa yang sudah pernah dibahas sebelumnya," kata Jeremy Corbyn, Pimpinan Partai Buruh, mengutip Reuters.
Ketidakpastian dan risiko No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat konsesi apa-apa) yang masih tinggi membuat investor mencari aman di pelukan dolar AS. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,46%. Sejak awal tahun indeks ini melesat dengan penguatan 1,92%.
Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengajukan proposal Brexit keempat. Sebenarnya hampir tidak ada hal baru yang ditawarkan dalam proposal jilid IV ini.
Mengutip BBC, rencana seputar backstop di perbatasan Republik Irlandia dan Irlandia Utara masih ada dan sama dengan proposal-proposal sebelumnya. Kemudian ada soal perlindungan hak-hak tenaga kerja Inggris yang bekerja di Uni Eropa dan sebaliknya. Ini juga sudah tertuang di proposal yang pernah diajukan.
Namun ada satu hal yang agak berbeda, yaitu May memasukkan opsi menggelar referendum ulang jika kondisi memang mengharuskan. Artinya, rakyat Inggris bisa kembali memberikan suara apakah mereka masih mau berpisah dengan Uni Eropa atau kembali ke pangkuan Brussel.
Proposal Brexit edisi keempat ini rencananya akan dibawa ke parlemen pada minggu pertama Juni dan harus kembali melalui proses voting. Ini yang tidak mudah, karena suara sumbang dari Palace of Westminster.
"Kami tidak bisa mendukung. Sebab proposal ini hanya mengulang apa yang sudah pernah dibahas sebelumnya," kata Jeremy Corbyn, Pimpinan Partai Buruh, mengutip Reuters.
Ketidakpastian dan risiko No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat konsesi apa-apa) yang masih tinggi membuat investor mencari aman di pelukan dolar AS. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular