Jokowi Menang & IHSG Meroket, Asing Kok Masih Obral Saham?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 May 2019 11:25
Jokowi Menang & IHSG Meroket, Asing Kok Masih Obral Saham?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,31% pada perdagangan hari ini ke level 5.925,42, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memperlebar penguatannya seiring dengan berjalannya waktu. Pada pukul 11:10 WIB, IHSG ditransaksikan menguat 1,16% ke level 5.975,82.

Aksi beli di bursa saham tanah air pada hari ini banyak dilakukan oleh investor domestik. Pasalnya, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 324,8 miliar.

Bukan hari ini saja investor asing keluar dari pasar saham Indonesia. Sepanjang pekan lalu, investor asing tercatat sudah membukukan jual bersih senilai Rp 3,04 triliun di pasar saham tanah air dan pada perdagangan kemarin (20/5/2019), jual bersih dibukukan senilai Rp 642,9 miliar. Kemarin, IHSG melejit sebesar 1,38%.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 120 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 75,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 73,8 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 29 miliar), dan PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 22,6 miliar).

Aksi beli di pasar saham dilakukan oleh investor domestik salah satunya karena Joko Widodo telah resmi ditetapkan sebagai pemenang dalam gelaran pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019.

Pada dini hari tadi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai peraih suara terbanyak dalam pilpres tahun 2019. Jika tak ada aral melintang, Joko Widodo-Ma'ruf Amin nantinya akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2019-2024. Pengumuman itu disampaikan KPU dalam rapat pleno di Gedung KPU, Jakarta.

"Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 85.607.362 suara. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 68.650.239 suara," ujar Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019), dilansir dari detik.com.

Pengumuman ini lebih cepat dari yang diantisipasikan pelaku pasar yakni esok hari (22/5/2019).

Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Untuk pilpres tahun 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin ketimbang pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Di sisi lain, kemenangan Jokowi tak mampu mengangkat kinerja rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.470/dolar AS. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menjadi pelemahan yang kedua secara beruntun. Jika dihitung sejak awal pekan lalu hingga hari ini, rupiah sudah melemah sebesar 1,05%.

Kala rupiah terus saja melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.

Maklum jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD). Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Dengan defisit di kuartal-I 2019 yang sudah lebih dalam dari kuartal-I 2018, maka defisit untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan sulit diredam.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Selain itu, masih ada potensi terjadinya kericuhan terkait dengan pengumuman hasil pilpres. Seperti disebutkan di halaman sebelumnya, pengumuman yang dilakukan oleh KPU pada dini hari tadi lebih cepat dari yang diantisipasikan pelaku pasar yakni esok hari (22/5/2019).

Namun, bukan berarti aksi turun ke jalan menjadi sepenuhnya batal. Buktinya, rekayasa lalu lintas masih disiapkan. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya diketahui sudah menyiapkan rencana rekayasa atau pengalihan arus lalu lintas di sekitar Gedung KPU, seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Kasubdit Gamkum Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Muhammad Nasir mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi massa dalam jumlah besar yang akan melalukan aksi unjuk rasa di KPU.

"Bila terjadi unjuk rasa di KPU secara besar maka langkah lantas terhadap arus lalin dilakukan rekayasa dan penutupan arus," kata Nasir dalam keterangannya, Selasa (21/5/2019), dilansir dari CNN Indonesia.

Potensi terjadinya kericuhan yang masih ada membuat pelaku pasar lebih memilih untuk memegang dolar AS untuk saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular