Ada Potensi Pengumuman Pilpres Rusuh, Asing Obral Saham Lagi!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 May 2019 11:04
Ada Potensi Pengumuman Pilpres Rusuh, Asing Obral Saham Lagi!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing terus saja kabur dari Indonesia. Pasca membukukan jual bersih senilai Rp 3,04 triliun di pasar saham tanah air sepanjang pekan lalu, pada perdagangan hari ini investor asing kembali membukukan jual bersih, yakni senilai Rp 198,3 miliar.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 141,6 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 36,1 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 16,6 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 16,5 miliar), dan PT Wijaya Karya Tbk/WIKA (Rp 12,4 miliar).

Aksi jual terus dilakukan investor asing lantaran ada kekhawatiran yang menyelimuti terkait dengan pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei mendatang.

Sebelumnya, apparat kepolisian sudah menangkap sebanyak 29 teroris yang diduga akan melancarkan serangan pada tanggal 22 Mei. Penangkapan dilakukan langsung oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Menyusul tertangkapnya terduga teroris tersebut, Polri meminta masyarakat tidak melakukan aksi turun ke jalan pada tanggal 22 Mei untuk mengantisipasi tindakan teror.

"Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri pada hari Jumat (17/5/2019), dilansir dari detikcom.

Iqbal mengatakan, jika ada serangan teroris di hari tersebut bukan tak mungkin akan jatuh banyak korban. Polisi juga tak memungkiri masih ada potensi serangan meski sudah ada yang ditangkap.
Sebelumnya, panasnya tensi selepas pilpres 2019 dipicu oleh sikap dari pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang hingga kini belum juga bisa menerima hasil hitung cepat (quick count) yang digelar sejumlah lembaga dan real count yang digelar KPU yang memenangkan pasangan calon nomor urut 02 Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Pada pekan lalu, Prabowo-Sandiaga menggelar simposium “Mengungkap Fakta Kecurangan Pemilu 2019" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Dalam pidatonya, Sandiaga mengatakan bahwa ada terlalu banyak dugaan kecurangan dalam pemilu dan pilpres yang terjadi. Bahkan kecurangan tersebut, tuturnya, dikawal oleh oknum pemerintah dan aparat keamanan.

"Masyarakat disuguhi banyak cerita banyak tsunami amplop politik uang yang dikawal aparat pemerintah, rakyat sebagai pemilik kedaulatan terlena. Rakyat dipaksa memilih yang memberikan iming-iming uang," ujarnya.

Selain itu, Sandiaga menilai terlalu banyak permasalahan pemilu 2019 yang tidak ditangani secara baik oleh KPU maupun pihak berwajib lainnya. Misalnya, DPT bermasalah, kotak suara yang terbuat dari kertas yang rentan dirusak, dibobol, dan dibakar.

"Selain itu, ada 6,5 juta pemilihan yang tidak dapat undangan memilih, keterlambatan dan kekurangan logistik pemilu, dan intimidasi saksi di daerah tertentu,” ujarnya.

Di akhir Pidato, Sandiaga mengajak seluruh pendukung Prabowo-Sandi untuk terus berjuang melawan kecurangan Pemilu hingga titik darah penghabisan.

"Kami mengajak untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Jaga kedaulatan rakyat," kata Sandiaga.

Sementara itu, Prabowo mengaku masih memiliki secercah harapan dalam Pemilu 2019, meskipun merasa dicurangi. Dirinya meminta kepada KPU untuk berani menegakkan keberanan dan menghentikan kebohongan yang terjadi selama ini.

"Sekarang nasib masa depan bangsa Indonesia ada di pundakmu (KPU). Kau yang harus memutuskan, kau yang harus memilih. Menegakkan kebenaran dan keadilan, demi keselamatan bangsa Indonesia, atau meneruskan kebohongan ketidakadilan dan berarti kau mengizikan penjajahan pada rakyat," ujar Prabowo.

Prabowo menegaskan bahwa pasangan calon nomor urut 02 akan menolak hasil perhitungan pilpres 2019 yang curang.

"Kami tidak bisa menerima ketidakadilan dan ketidakbenaran dan ketidakjujuran," jelasnya.

"Kalau kau tanya hati saya, saya inginnya istirahat. Tetapi setelah saya keliling dan mata dari rakyat kita setelah saya pegang tangan mereka, dan mendengar ungkapan mereka harapan mereka rakyat Indonesia, penderitaan rakyat, harapan rakyat akan suatu negara yang adil. Itu telah menjadi bagian dari diri saya, karena itu tidak mungkin saya meninggalkan rakyat Indonesia," tambah Prabowo.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular