
Naik 4 Hari Beruntun, Indeks Dolar Akhirnya Terkoreksi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 May 2019 21:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar terkoreksi di awal perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Senin (20/5/19), setelah sebelumnya mencatat penguatan empat hari beruntun.
Meski isu perang dagang masih menguntungkan dolar, namun beberapa lawannya hari ini mulai bangkit. Indeks ini digunakan untuk mengukur kekuatan dolar, dan dibentuk dari enam mata uang lawannya yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia.
Pada pukul 20:30 WIB indeks dolar berada di kisaran 97,94 atau melemah sekitar 0,06%. Euro yang berkontribusi sebesar 57,6% menguat sekitar 0,08%, pound naik 0,05%, dan yen menguat 0,16%. Sementara tiga mata uang lainnya, hanya krona Swedia yang melemah 0,09%.
Euro sedang mendapat sentimen positif dari rilis data indeks harga produsen (IHP) Jerman yang naik untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Badan Statistik Jerman, Destatis melaporkan IHP Jerman bulan April sebesar 0,5%, lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,4%. Sebelumnya dalam dua bulan beruntun IHP turun masing-masing 0,1%.
Sementara itu pound yang anjlok ke level terendah empat bulan juga berhasil menguat, kemungkinan besar akibat aksi short covering. Sepanjang pekan lalu, pound ajlok tajam akibat isu Brexit, dimana Perdana Menteri Theresa May akan kembali mengajukan proposal Brexit ke parlemen.
Namun proposal Theresa May diprediksi kembali kandas, dan kemungkinan juga lengser dari jabatannya sebagai perdana Menteri.
Meski sedang melemah, tidak menutup kemungkinan indeks dolar akan kembali bangkit, apalagi di pekan ini masih banyak faktor yang menggerakkan pasar, seperti pemilu laporan inflasi kuartalan Bank of England (BoE) Selasa ( 21/5/19) besok, rilis notula rapat kebijakan moneter Federal Reserve/The Fed, hingga pemilu Parlemen Eropa.
Semua sentimen faktor tersebut akan semakin mewarnai pergerakan pasar forex di tengah memanasnya perang dagang serta situasi politik yang tidak kondusif di Timur Tengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Meski isu perang dagang masih menguntungkan dolar, namun beberapa lawannya hari ini mulai bangkit. Indeks ini digunakan untuk mengukur kekuatan dolar, dan dibentuk dari enam mata uang lawannya yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia.
Pada pukul 20:30 WIB indeks dolar berada di kisaran 97,94 atau melemah sekitar 0,06%. Euro yang berkontribusi sebesar 57,6% menguat sekitar 0,08%, pound naik 0,05%, dan yen menguat 0,16%. Sementara tiga mata uang lainnya, hanya krona Swedia yang melemah 0,09%.
Euro sedang mendapat sentimen positif dari rilis data indeks harga produsen (IHP) Jerman yang naik untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Badan Statistik Jerman, Destatis melaporkan IHP Jerman bulan April sebesar 0,5%, lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,4%. Sebelumnya dalam dua bulan beruntun IHP turun masing-masing 0,1%.
Sementara itu pound yang anjlok ke level terendah empat bulan juga berhasil menguat, kemungkinan besar akibat aksi short covering. Sepanjang pekan lalu, pound ajlok tajam akibat isu Brexit, dimana Perdana Menteri Theresa May akan kembali mengajukan proposal Brexit ke parlemen.
Namun proposal Theresa May diprediksi kembali kandas, dan kemungkinan juga lengser dari jabatannya sebagai perdana Menteri.
Meski sedang melemah, tidak menutup kemungkinan indeks dolar akan kembali bangkit, apalagi di pekan ini masih banyak faktor yang menggerakkan pasar, seperti pemilu laporan inflasi kuartalan Bank of England (BoE) Selasa ( 21/5/19) besok, rilis notula rapat kebijakan moneter Federal Reserve/The Fed, hingga pemilu Parlemen Eropa.
Semua sentimen faktor tersebut akan semakin mewarnai pergerakan pasar forex di tengah memanasnya perang dagang serta situasi politik yang tidak kondusif di Timur Tengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular