Perang Dagang, Goldman Sachs Pilih Hindari Emerging Markets

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
17 May 2019 11:55
Goldman Sachs mengurangi eksposur
Foto: Goldman Sachs (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Anak usaha manajemen investasi Goldman Sachs mengurangi eksposur "overweight" untuk aset-aset negara berkembang, Kamis (16/5/2019), di tengah memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

"Kami telah mengurangi eksposure overweight untuk EM (pasar negara berkembang) dan utang EM sampai kami memperoleh kejelasan tentang arah perjalanan dari hubungan dagang AS-China dan pertumbuhan global, di mana keduanya saling berhubungan," kata Goldman Sachs Asset Management (GSAM) dalam sebuah catatan riset yang diterbitkan Kamis (16/5/2019).


Aliran investasi ke pasar negara berkembang bergantung pada modal murah dari Federal Reserve dan sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter di AS. Ditambah dengan faktor domestik seperti defisit neraca berjalan yang tinggi, mata uang yang lemah dan ketergantungan pada komoditas, pasar ini dapat menjadi lebih berisiko bagi investasi, tambahnya, dilansir dari CNBC International.

Risiko tinggi dapat menyebabkan imbal hasil lebih tinggi, tetapi untuk saat ini indeks pasar negara berkembang MSCI telah turun lebih dari 11% dalam periode 12 bulan terakhir. Sementara itu, indeks saham utama di Amerika Serikat secara keseluruhan turun lebih dari 3% bulan ini.

Perang Dagang, Goldman Sachs Pilih Hindari Emerging MarketsFoto: Infografis/Perang Dagang/Edward Ricardo

Pekan lalu, mengutip CNBC International, AS menaikkan bea impor senilai US$200 miliar terhadap barang-barang China, dari 10% menjadi 25%. Selain itu, Presiden Donald Trump juga mengindikasikan bahwa tarif lainnya akan diterapkan untuk impor China senilai sekitar US$325 miliar.

China membalas serangan itu dengan menerapkan bea masuk senilai US$60 miliar atas barang yang diimpor dari AS mulai 1 Juni.

"Peristiwa ini menandai peningkatan mendadak dalam ketegangan perdagangan AS-China setelah periode yang relatif tenang sejak kuartal keempat 2018," kata GSAM dalam catatan risetnya.


Kekhawatiran perdagangan sedikit berkurang pada hari Rabu setelah CNBC melaporkan rencana Trump akan menunda pengenaan tarif otomotif hingga enam bulan. Gedung Putih memiliki tenggat waktu hingga Sabtu untuk memutuskan apakah akan menerapkan bea impor mobil dan suku cadang untuk mengatasi masalah keamanan nasional.

Namun, kabar baik ini tidak berlangsung lama karena Trump, Rabu, menyatakan keadaan darurat nasional atas ancaman terhadap teknologi Amerika. Departemen Perdagangan AS mengumumkan menambah Huawei Technologies dan sekitar 70 afiliasinya ke Daftar Entitas Biro Industri dan Keamanan (BIS). Hal ini akan menjadikan raksasa telekomunikasi China itu lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan AS.
(prm) Next Article Gawat! Goldman Sachs Ramal Perang Dagang Global Akan Memanas

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular