
Baru Listing, Saham Jasnita Langsung Kena Auto Reject
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 May 2019 10:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat stagnan di pencatatan perdana Kamis ini, harga saham PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) tiba-tiba langsung terkena auto reject atas (ARA) atau penolakan otomatis oleh Jakarta Automated Trading System (JATS) karena kenaikan harga saham yang melebihi persentase tertinggi.
Pada perdagangan pukul 10.45 WIB, Kamis (16/5/), saham JAST melonjak hingga 49,59% di level Rp 368/saham dengan nilai transaksi Rp 4,82 juta dan volume perdagangan relatif kecil yakni 13.100 saham. Harga perdana emiten penyedia peralatan telekomunikasi dan perlengkapan komputer ini di level Rp 246/saham.
Selama ini, sistem auto rejection di bursa diatur dengan batasan maksimal naik dan turun dalam sehari sebesar 35% bagi saham dengan rentang harga Rp 50-Rp 200, sebesar 25% bagi saham dengan rentang Rp 200-Rp 5.000, dan 20% bagi saham dengan rentah harga di atas Rp5.000.
Adapun pada saat listing perdana setelah IPO (initial public offering), berlaku dua kali lipatnya yakni masing-masing 70% untuk Rp 50-Rp 200, 50% untuk harga saham rentang Rp 200-Rp 5.000, dan 40% untuk saham di atas Rp 5.000. Dengan demikian, saham JAST kena ARA.
Padahal, pada saat perdagangan dibuka, saham perusahaan ini tak mengalami perubahan atau stagnan di harga Rp 246/saham, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,18% ke 5.969,85 poin.
Perseroan menawarkan 203,40 juta sahamnya ke publik atau sebanyak 25% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Dari aksi ini perusahaan memperoleh dana senilai Rp 50,03 miliar.
Dana tersebut sekitar Rp 49% kan digunakan untuk pembelian tanah berikut bangunan di Jakarta, 18% akan digunakan untuk pengambilalihan 99,99% PT Sakti Makmur Pratama (SMP).
Lalu, 20% kan digunakan untuk setoran modal pemegang saham dalam SMP setelah pengambilalihan terhadap SMP dilakukan dan 13% untuk modal kerja perusahaan.
Hingga akhir Oktober 2018 lalu perusahaan mencatatkan laba bersih senilai Rp 4,04 miliar dari kerugian bersih di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 5,06 miliar. Sementara pendapatan perusahaan juga mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp 92,13 miliar di periode tersebut. Naik dari Rp 39,42 miliar di akhir Oktober 2017.
Jasnita didirikan pada tahun 1996 sebagai sumber penghasilan tambahan dari divisi telekomunikasi Rajawali Group. Tidak lama setelah itu, Transpacific Group mengakuisisi perusahaan tersebut.
(tas) Next Article Jasnita Bidik Pendapatan Naik 50% Usai IPO, Ini Strateginya
Pada perdagangan pukul 10.45 WIB, Kamis (16/5/), saham JAST melonjak hingga 49,59% di level Rp 368/saham dengan nilai transaksi Rp 4,82 juta dan volume perdagangan relatif kecil yakni 13.100 saham. Harga perdana emiten penyedia peralatan telekomunikasi dan perlengkapan komputer ini di level Rp 246/saham.
Selama ini, sistem auto rejection di bursa diatur dengan batasan maksimal naik dan turun dalam sehari sebesar 35% bagi saham dengan rentang harga Rp 50-Rp 200, sebesar 25% bagi saham dengan rentang Rp 200-Rp 5.000, dan 20% bagi saham dengan rentah harga di atas Rp5.000.
Adapun pada saat listing perdana setelah IPO (initial public offering), berlaku dua kali lipatnya yakni masing-masing 70% untuk Rp 50-Rp 200, 50% untuk harga saham rentang Rp 200-Rp 5.000, dan 40% untuk saham di atas Rp 5.000. Dengan demikian, saham JAST kena ARA.
Perseroan menawarkan 203,40 juta sahamnya ke publik atau sebanyak 25% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Dari aksi ini perusahaan memperoleh dana senilai Rp 50,03 miliar.
Dana tersebut sekitar Rp 49% kan digunakan untuk pembelian tanah berikut bangunan di Jakarta, 18% akan digunakan untuk pengambilalihan 99,99% PT Sakti Makmur Pratama (SMP).
Lalu, 20% kan digunakan untuk setoran modal pemegang saham dalam SMP setelah pengambilalihan terhadap SMP dilakukan dan 13% untuk modal kerja perusahaan.
Hingga akhir Oktober 2018 lalu perusahaan mencatatkan laba bersih senilai Rp 4,04 miliar dari kerugian bersih di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 5,06 miliar. Sementara pendapatan perusahaan juga mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp 92,13 miliar di periode tersebut. Naik dari Rp 39,42 miliar di akhir Oktober 2017.
Jasnita didirikan pada tahun 1996 sebagai sumber penghasilan tambahan dari divisi telekomunikasi Rajawali Group. Tidak lama setelah itu, Transpacific Group mengakuisisi perusahaan tersebut.
(tas) Next Article Jasnita Bidik Pendapatan Naik 50% Usai IPO, Ini Strateginya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular