
Nyaris Flat, Rupiah Masih Dekat Rp 10.000/AU$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 May 2019 20:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menguat pada perdagangan Senin (13/5/19) kemarin, rupiah nyaris flat atau mendatar pada hari ini (14/5/19) lawan dolar Australia.
Di pasar luar negeri, rupiah kini berada di kisaran Rp 10.006,62 pada pukul 19:55 WIB, tidak jauh berbeda dari penutupan perdagangan Senin Rp 10.00486, mengutip data Refinitiv.
Jika dilihat sejak awal tahun atau year-to-date, rupiah masih menguat 1,25% lawan dolar Australia.
Amerika Serikat (AS) yang belum berencana menaikkan tarif impor produk China lagi membuat ketegangan sedikit mereda. Pasar sebelumnya sempat khawatir jika Presiden AS, Donald Trump, akan kembali menaikkan tarif impor terhadap produk China setelah menyatakan akan ada dampak buruk jika China ikut membalas kebijakannya.
Namun terbaru Trump menyatakan belum memutuskan akan menaikkan tarif lagi atau tidak, dan akan ada hasil perundingan dagang dalam tiga sampai empat pekan ke depan.
China merupakan mitra dagang utama Australia, jika terus terjadi perang dagang perekonomian Negeri Tirai Bambu akan semakin memburuk, dan akan berimbas ke Australia.
Sikap Presiden AS ke-45 ini membuat pasar finansial lebih stabil dibandingkan kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap) Next Article Terbebani Proyeksi IMF, Rupiah Takluk Dari Dolar Australia
Di pasar luar negeri, rupiah kini berada di kisaran Rp 10.006,62 pada pukul 19:55 WIB, tidak jauh berbeda dari penutupan perdagangan Senin Rp 10.00486, mengutip data Refinitiv.
Jika dilihat sejak awal tahun atau year-to-date, rupiah masih menguat 1,25% lawan dolar Australia.
Amerika Serikat (AS) yang belum berencana menaikkan tarif impor produk China lagi membuat ketegangan sedikit mereda. Pasar sebelumnya sempat khawatir jika Presiden AS, Donald Trump, akan kembali menaikkan tarif impor terhadap produk China setelah menyatakan akan ada dampak buruk jika China ikut membalas kebijakannya.
Namun terbaru Trump menyatakan belum memutuskan akan menaikkan tarif lagi atau tidak, dan akan ada hasil perundingan dagang dalam tiga sampai empat pekan ke depan.
China merupakan mitra dagang utama Australia, jika terus terjadi perang dagang perekonomian Negeri Tirai Bambu akan semakin memburuk, dan akan berimbas ke Australia.
Sikap Presiden AS ke-45 ini membuat pasar finansial lebih stabil dibandingkan kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap) Next Article Terbebani Proyeksi IMF, Rupiah Takluk Dari Dolar Australia
Most Popular