Saat Ini Rupiah Tergantung Trump & Xi Jinping, Kok Bisa?

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
14 May 2019 15:17
Nilai tukar rupiah semakin memburuk sejak awal tahun lalu.
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah semakin memburuk sejak awal tahun lalu. Bahkan rupiah hampir menyentuh angka Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam dua hari belakangan.

Pada Selasa (14/5/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.440, atau melemah 0,21% atau 30 poin dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, semakin memburuknya kondisi rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yakni perang dagang yang tak kunjung usai antara AS dan China. Bahkan saat ini kembali memanas.

Menurutnya, rupiah bisa kembali perkasa jika, kedua negara tersebut menemukan kesepakatan yang baik dengan mengakhiri perang dagang yang akan merugikan banyak negara bahkan perekonomian keduanya juga.

"Situasi internasional tidak kondusif dan kalau tidak kondusif itu selalu yang terjadi negara emerging market dirugikan. Ya itu, seperti tahun lalu. Tergantung Trump dan Xi Jinping," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Sedangkan, dari sisi domestik pelemahan rupiah didorong oleh permintaan dolar AS di dalam negeri yang cenderung meningkat seiring mendekatnya jadwal pembayaran dividen beberapa perusahaan.

Namun ia menilai itu hanya bersifat sementara dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan dibandingkan dengan dampak dari perang dagang.

"Itu momen-momen-nya (pembayaran dividen). Pastilah ada hubungannya karena pembagian dividen juga kan laporan keuangan sudah ditutup bulan lalu. Sebenarnya yang membagikan dividen sudah berjalan bulan lalu, walaupun masih ada yang tersisa," jelasnya.


(dru) Next Article Masih Dangkal, Pendalaman Pasar Keuangan Belum Cukup Berhasil

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular