
Tak Mau Kalah dengan Rupiah, IHSG Terburuk Ketiga di Asia!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 May 2019 09:45

Walaupun sudah membukukan jual bersih Rp 3,04 triliun di pasar saham Tanah Air sepanjang pekan lalu dan Rp 694,6 miliar pada perdagangan kemarin, investor asing nyatanya belum berhenti keluar dari Indonesia. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 149,6 miliar.
Pelemahan rupiah yang terus berlangsung membuat investor asing tak memiliki pilihan lain selain melakukan aksi jual. Ketika rupiah terus melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.
Dolar AS selaku safe haven menjadi pilihan utama investor di tengah eskalasi perang dagang AS-China.
Selain itu, kinerja rupiah juga dibebani oleh rilis data perdagangan internasional. Besok (15/5/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode April 2019.
Konsensus yang dihimpun Refinitiv memperkirakan bahwa neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 500 juta.
Jika benar neraca dagang Indonesia membukukan defisit, maka akan mematahkan tren positif yang sudah dibukukan dalam dua bulan sebelumnya. Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan pada Februari positif US$ 330 juta.
Ketika neraca dagang membukukan defisit, maka defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan menjadi sulit untuk diredam.
Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).
Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Pelemahan rupiah yang terus berlangsung membuat investor asing tak memiliki pilihan lain selain melakukan aksi jual. Ketika rupiah terus melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.
Dolar AS selaku safe haven menjadi pilihan utama investor di tengah eskalasi perang dagang AS-China.
Konsensus yang dihimpun Refinitiv memperkirakan bahwa neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 500 juta.
Jika benar neraca dagang Indonesia membukukan defisit, maka akan mematahkan tren positif yang sudah dibukukan dalam dua bulan sebelumnya. Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan pada Februari positif US$ 330 juta.
Ketika neraca dagang membukukan defisit, maka defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan menjadi sulit untuk diredam.
Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).
Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular