
Meski Asing Bawa Kabur Rp 898 M, tapi IHSG Tetap Menguat!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 May 2019 17:02

Sejatinya, penguatan IHSG bisa lebih tinggi lagi jika investor asing tak melakukan aksi jual pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 898 miliar di pasar saham tanah air.
Rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-I 2019 memaksa investor asing untuk melego saham-saham di Indonesia dalam jumlah yang besar. Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa NPI membukukan surplus senilai US$ 2,4 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini.
Namun, transaksi berjalan (yang merupakan bagian dari NPI) membukukan defisit senilai US$ 7 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini atau setara dengan 2,6% dari PDB.
Memang lebih rendah dibandingkan defisit pada kuartal-IV 2018 yang sebesar 3,6% dari PDB, namun melebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika defisit di awal tahun saja sudah lebih lebar, maka ada potensi bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan melebar. Praktis, kedepannya prospek dari pergerakan rupiah menjadi kelam.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Ketika rupiah bergerak melemah nantinya, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga wajar jika aksi jual sudah dilakukan sedari hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-I 2019 memaksa investor asing untuk melego saham-saham di Indonesia dalam jumlah yang besar. Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa NPI membukukan surplus senilai US$ 2,4 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini.
Namun, transaksi berjalan (yang merupakan bagian dari NPI) membukukan defisit senilai US$ 7 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini atau setara dengan 2,6% dari PDB.
Jika defisit di awal tahun saja sudah lebih lebar, maka ada potensi bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan melebar. Praktis, kedepannya prospek dari pergerakan rupiah menjadi kelam.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Ketika rupiah bergerak melemah nantinya, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga wajar jika aksi jual sudah dilakukan sedari hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular