
Selama Ramadan Saham Sektor Mana yang Paling Cuan?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
10 May 2019 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal pekan, umat muslim secara serentak menjalankan ibadah puasa karena per 6 Mei 2019, sudah memasuki bulan Ramadan. Ramadan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu umat muslim karena dipercaya membawa berkah.
Lalu, apakah bulan puasa juga membawa keuntungan bagi pelaku pasar modal?
Jika dilihat dari pergerakan Indeks Harga Sagam Gabungan (IHSG) dalam 5 tahun belakang, umumnya IHSG selalu berhasil membukukan cuan sepanjang ramadan. Tahun 2015 adalah pengecualian karena kondisi perekonomian tanah air sedang lambat-lambatnya.
Lalu, hingga hari ke-4 bulan puasa tahun ini IHSG juga senasib seperti 2015. Bursa saham domestik mendapat tekanan karena sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS)-China berpeluang memasuki babak perang tambahan.
Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menaikkan bea masuk impor produk asal China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%.
Lebih lanjut, faktor utama yang memantik aksi beli selama bulan puasa adalah meningkatnya pola konsumsi masyarakat Indonesia.Pola konsumsi masyarakat meningkat karena pare pekerja memperoleh bonus tambahan atau biasa disebut Tunjangan Hari Raya (THR).
Sektor yang dianggap menikmati manfaat dari distribusi THR adalah sektor produk konsumen dan sektor perdagangan ritel.
Selama bulan puasa konsumsi makanan dan minuman masyarakat Indonesia naik. Tingginya permintaan inilah yang umumnya menyebabkan harga bahan makanan pokok seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai selalu meroket sepanjang bulan Ramadan. Belum lagi ada permintaan untuk parcel Ramadan.
Sementara itu untuk sektor ritel biasanya dihubungkan dengan kebiasaan masyarakat untuk belanja pakaian baru menjelang hari raya Idul Fitri.
Dikarenakan sentimen tersebut, terdapat anggapan bahwa indeks yang paling diuntungkan selama bulan puasa adalah indeks barang konsumen dan perdagangan. Namun, apakah persepsi tersebut terbukti benar?
Dari tabel di atas terlihat bahwa persepsi tersebut terbukti tidak benar. Dalam 5 tahun ke belakang, indeks sektor yang mencatatkan imbal hasil paling besar selama bulan puasa berbeda-beda tiap tahunnya.
Contohnya, tahun lalu indeks sektor pertambangan (JKMING) dan indeks sektor infrastruktur (JKINFA) membukukan cuan tertinggi, masing-masig sebesar 9,12% dan 8,22%.
JKMING melesat karena pada periode bulan puasa tahun lalu, harga batu bara dunia dan harga minyak dunia menunjukkan penguatan yang cukup signikan. Oleh karena itu, wajar saja jika emiten-emiten tambang banyak diburu pelaku pasar
Di lain pihak, indeks sektor infrastruktur tahun 2018 dan 2017 melonjak karena ada sentimen positif dari Pemerintah Indonesia.
Seperti yang diketahui, proyek-proyek infrastruktur termasuk program yang diprioritaskan olah Presiden Joko Widodo. Tahun Lalu, pemerintah mengalokasikan anggaran infrastruktur mencapai Rp 410,7 triliun (naik 5,8% YoY) dan di tahun 2017 tercatat Rp 388,3 triliun (naik 44,3% YoY).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pergerakan indeks sektoral di pasar modal selama bulan puasa tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat Indonesia. Akan tetapi lebih disebabkan dorongan sentimen eksternal, seperti pergerakan harga komoditas, nilai investasi, isu geopolitik, dan sebagainya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Ada Perang Dagang, Saham Sektor Mana yang Sensitif?
Lalu, apakah bulan puasa juga membawa keuntungan bagi pelaku pasar modal?
Jika dilihat dari pergerakan Indeks Harga Sagam Gabungan (IHSG) dalam 5 tahun belakang, umumnya IHSG selalu berhasil membukukan cuan sepanjang ramadan. Tahun 2015 adalah pengecualian karena kondisi perekonomian tanah air sedang lambat-lambatnya.
Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menaikkan bea masuk impor produk asal China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%.
Lebih lanjut, faktor utama yang memantik aksi beli selama bulan puasa adalah meningkatnya pola konsumsi masyarakat Indonesia.Pola konsumsi masyarakat meningkat karena pare pekerja memperoleh bonus tambahan atau biasa disebut Tunjangan Hari Raya (THR).
Sektor yang dianggap menikmati manfaat dari distribusi THR adalah sektor produk konsumen dan sektor perdagangan ritel.
Selama bulan puasa konsumsi makanan dan minuman masyarakat Indonesia naik. Tingginya permintaan inilah yang umumnya menyebabkan harga bahan makanan pokok seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai selalu meroket sepanjang bulan Ramadan. Belum lagi ada permintaan untuk parcel Ramadan.
Sementara itu untuk sektor ritel biasanya dihubungkan dengan kebiasaan masyarakat untuk belanja pakaian baru menjelang hari raya Idul Fitri.
Dikarenakan sentimen tersebut, terdapat anggapan bahwa indeks yang paling diuntungkan selama bulan puasa adalah indeks barang konsumen dan perdagangan. Namun, apakah persepsi tersebut terbukti benar?
![]() |
Dari tabel di atas terlihat bahwa persepsi tersebut terbukti tidak benar. Dalam 5 tahun ke belakang, indeks sektor yang mencatatkan imbal hasil paling besar selama bulan puasa berbeda-beda tiap tahunnya.
Contohnya, tahun lalu indeks sektor pertambangan (JKMING) dan indeks sektor infrastruktur (JKINFA) membukukan cuan tertinggi, masing-masig sebesar 9,12% dan 8,22%.
JKMING melesat karena pada periode bulan puasa tahun lalu, harga batu bara dunia dan harga minyak dunia menunjukkan penguatan yang cukup signikan. Oleh karena itu, wajar saja jika emiten-emiten tambang banyak diburu pelaku pasar
Di lain pihak, indeks sektor infrastruktur tahun 2018 dan 2017 melonjak karena ada sentimen positif dari Pemerintah Indonesia.
Seperti yang diketahui, proyek-proyek infrastruktur termasuk program yang diprioritaskan olah Presiden Joko Widodo. Tahun Lalu, pemerintah mengalokasikan anggaran infrastruktur mencapai Rp 410,7 triliun (naik 5,8% YoY) dan di tahun 2017 tercatat Rp 388,3 triliun (naik 44,3% YoY).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pergerakan indeks sektoral di pasar modal selama bulan puasa tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat Indonesia. Akan tetapi lebih disebabkan dorongan sentimen eksternal, seperti pergerakan harga komoditas, nilai investasi, isu geopolitik, dan sebagainya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Ada Perang Dagang, Saham Sektor Mana yang Sensitif?
Most Popular