
Dibayangi AS-China & CAD, Rupiah Berpotensi Terus Melemah
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
10 May 2019 10:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pada pembukaan pasar hari ini, Jumat (10/5/2019) dibanderol di level Rp 14.320 per dolar AS. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun, penguatan rupiah ini dinilai tidak akan bertahan seharian. Pasalnya, kurs rupiah pada Jumat akhir pekan ini diprediksi masih akan melanjutkan pelemahan.
Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede mengatakan tekanan pada rupiah masih akan berlanjut disebabkan oleh berbagai faktor dari global dan domestik.
"Pada hari ini rupiah diperkirakan bergerak statis di level Rp 14.300/US$ hingga Rp14.400/US$," ujar Josua kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat (10/5/2019).
Dari sisi global, pasar masih menunggu hasil dari negosiasi damai dagang AS-China yang akan diumumkan beberapa jam mendatang mengingat kedua negara dijadwalkan melakukan pertemuan pada Kamis-Jumat pekan ini.
Kedua negara, terutama AS, sebelumnya melalui Presiden AS Donald Trump sudah memberikan ancaman akan menerapkan tarif impor 25% dari sebelumnya 10% kepada barang-barang produk China.
Dari sisi domestik, pelaku pasar menunggu rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) oleh Bank Indonesia pada hari ini.
"Rilis data NPI ini juga akan berisikan data CAD [current account deficit/defisit neraca transaksi berjalan], yang akan menentukan apakah BI masih punya ruang yang cukup untuk memotong tingkat suku bunga ke depannya," kata Joshua.
"Tendensi statis ini juga dipengaruhi oleh kecenderungan melemahnya dolar AS pada penutupan kemarin di tengah kekhawatiran terkait perang dagang," jelasnya lagi.
Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018 defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB.
CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro juga melihat rupiah masih cenderung melemah sepanjang hari ini.
Namun, pelemahan lebih di pengaruhi oleh faktor global, sedangkan faktor domestik tidak terlalu signifikan.
"Untuk rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak di Rp 14.290/US$ hingga Rp 14.395/US$. Pasar masih dipengaruhi pertemuan petinggi AS dan China terkait kebijakan tarif yang dapat memicu perang dagang. Valas global diperkirakan masih akan volatile," kata Andry kepada CNBC Indonesia.
Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 09:42 WIB:
(tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Namun, penguatan rupiah ini dinilai tidak akan bertahan seharian. Pasalnya, kurs rupiah pada Jumat akhir pekan ini diprediksi masih akan melanjutkan pelemahan.
Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede mengatakan tekanan pada rupiah masih akan berlanjut disebabkan oleh berbagai faktor dari global dan domestik.
"Pada hari ini rupiah diperkirakan bergerak statis di level Rp 14.300/US$ hingga Rp14.400/US$," ujar Josua kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat (10/5/2019).
Dari sisi global, pasar masih menunggu hasil dari negosiasi damai dagang AS-China yang akan diumumkan beberapa jam mendatang mengingat kedua negara dijadwalkan melakukan pertemuan pada Kamis-Jumat pekan ini.
Kedua negara, terutama AS, sebelumnya melalui Presiden AS Donald Trump sudah memberikan ancaman akan menerapkan tarif impor 25% dari sebelumnya 10% kepada barang-barang produk China.
Dari sisi domestik, pelaku pasar menunggu rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) oleh Bank Indonesia pada hari ini.
"Rilis data NPI ini juga akan berisikan data CAD [current account deficit/defisit neraca transaksi berjalan], yang akan menentukan apakah BI masih punya ruang yang cukup untuk memotong tingkat suku bunga ke depannya," kata Joshua.
Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018 defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB.
CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro juga melihat rupiah masih cenderung melemah sepanjang hari ini.
Namun, pelemahan lebih di pengaruhi oleh faktor global, sedangkan faktor domestik tidak terlalu signifikan.
"Untuk rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak di Rp 14.290/US$ hingga Rp 14.395/US$. Pasar masih dipengaruhi pertemuan petinggi AS dan China terkait kebijakan tarif yang dapat memicu perang dagang. Valas global diperkirakan masih akan volatile," kata Andry kepada CNBC Indonesia.
Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 09:42 WIB:
Periode | Kurs |
1 Pekan | Rp 14.382 |
1 Bulan | Rp 14.467 |
2 Bulan | Rp 14.547 |
3 Bulan | Rp 14.627 |
6 Bulan | Rp 14.832 |
9 Bulan | Rp 15.027 |
1 Tahun | Rp 15.237 |
2 Tahun | Rp 16.031,1 |
(tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular