
Investor Asing Kabur 4 Hari Beruntun, IHSG Jatuh 0,74%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2019 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat amblas 0,58% saat pembukaan perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian memperlebar kekalahannya hingga ditutup melemah 0,74% pada akhir sesi 1 ke level 6.250,71.
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan melemah: indeks Nikkei jatuh 1,76%, indeks Shanghai melemah 0,11%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,7%, indeks Straits Times turun 0,95%, dan indeks Kospi terpangkas 0,29%.
Perang dagang AS-China yang kian panas sukses memantik aksi jual di bursa saham regional.
Hingga kini, AS masih tetap berencana untuk menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari yang saat ini 10% menjadi 25% pada hari Jumat (10/5/2019).
Dalam waktu dekat, produk impor asal China lainnya senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk juga akan dibebankan bea masuk senilai 25%.
Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, China telah mundur dari komitmen-komitmen yang sudah disepakati sebelumnya sehingga AS tak memiliki pilihan lain selain mengambil kebijakan yang keras tersebut.
"Sepanjang pekan lalu kami telah melihat pudarnya komitmen dari China, yang dalam pandangan kami adalah tidak bisa diterima," papar Lighthizer kepada para awak media di Washington, Senin (6/5/2019) waktu setempat.
Walaupun negosiasi dagang AS-China tetap akan digelar di Washington pada hari Kamis dan Jumat (9-10 Mei), ternyata pihak China tetap dibuat gerah dengan langkah AS.
Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, China diketahui tengah mempersiapkan bea masuk balasan yang akan dikenakan terhadap produk impor asal AS jika pemerintahan Presiden AS Donald Trump jadi mengeksekusi rencananya, seperti dilansir dari Bloomberg.
China akan mengenakan bea masuk balasan tersebut dalam selang satu menit pasca AS memberlakukan bea masuknya, menurut sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
Belum tereskalasi saja, perang dagang sudah begitu menyakiti perekonomian China. Pada hari ini, ekspor periode April diumumkan terkontraksi sebesar 2,7% secara tahunan, jauh lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,3%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Jika perang dagang benar tereskalasi nantinya, tentu tekanan terhadap perekonomian China akan menjadi semakin besar.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan melemah: indeks Nikkei jatuh 1,76%, indeks Shanghai melemah 0,11%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,7%, indeks Straits Times turun 0,95%, dan indeks Kospi terpangkas 0,29%.
Perang dagang AS-China yang kian panas sukses memantik aksi jual di bursa saham regional.
Dalam waktu dekat, produk impor asal China lainnya senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk juga akan dibebankan bea masuk senilai 25%.
Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, China telah mundur dari komitmen-komitmen yang sudah disepakati sebelumnya sehingga AS tak memiliki pilihan lain selain mengambil kebijakan yang keras tersebut.
"Sepanjang pekan lalu kami telah melihat pudarnya komitmen dari China, yang dalam pandangan kami adalah tidak bisa diterima," papar Lighthizer kepada para awak media di Washington, Senin (6/5/2019) waktu setempat.
![]() |
Walaupun negosiasi dagang AS-China tetap akan digelar di Washington pada hari Kamis dan Jumat (9-10 Mei), ternyata pihak China tetap dibuat gerah dengan langkah AS.
Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, China diketahui tengah mempersiapkan bea masuk balasan yang akan dikenakan terhadap produk impor asal AS jika pemerintahan Presiden AS Donald Trump jadi mengeksekusi rencananya, seperti dilansir dari Bloomberg.
China akan mengenakan bea masuk balasan tersebut dalam selang satu menit pasca AS memberlakukan bea masuknya, menurut sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
Belum tereskalasi saja, perang dagang sudah begitu menyakiti perekonomian China. Pada hari ini, ekspor periode April diumumkan terkontraksi sebesar 2,7% secara tahunan, jauh lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,3%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Jika perang dagang benar tereskalasi nantinya, tentu tekanan terhadap perekonomian China akan menjadi semakin besar.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Next Page
Pesatnya Penjualan Ritel Jadi Tak Terasa
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular