Jebloknya Bursa Wall Street Jadi Berkah bagi Yen

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 May 2019 09:40
Mata uang yen Jepang kembali berjaya pada perdagangan Selasa kemarin.
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang kembali berjaya pada perdagangan Selasa kemarin, dan terlihat masih akan berlanjut pada Rabu ini (9/5/19).

Jebloknya bursa saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset-aset minim risiko atau safe haven, salah satunya yen.

Pada pukul 8:02 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 110,13/US$ lebih kuat dibandingkan penutupan Selasa 110,23/US$, mengutip kuotasi MetaTrader 5.

Tiga indeks utama di Wall Street semua rontok akibat kecemasan akan terjadinya babak baru perang dagang AS-China.


Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,79%, menjadi pelemahan terdalam sejak 3 Januari lalu. Indeks S&P 500 juga sama nasibnya, rontok 1,65%, dan Nasdaq Composite terjun bebas 1,96% di akhir perdagangan Selasa.

Tekanan jual di Wall Street kemarin lebih besar dibandingkan dengan Senin pekan ini (6/5/19). Hal itu terjadi setelah Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kepada wartawan bahwa AS akan menaikkan bea masuk terhadap impor China mulai Jumat ini. 

Kabar itu membuat kecewa para investor yang berharap bahwa ancaman Presiden AS Donald Trump itu hanyalah sebuah taktik negosiasi.

Jebloknya Wall Street biasanya akan menjalar ke bursa Asia, terbukti indeks Nikkei Jepang sudah amblas lebih dari 1,5% tidak lama setelah pasar Asia dibuka. Ini bisa menjadi "bahan bakar" baru bagi yen untuk terus menguat.

Aksi jual di bursa saham global tentunya akan terus berlanjut seandaianya AS - China gagal mencapai damai dagang di pekan ini, kenaikan tarif impor di hari Jumat bisa benar-benar terjadi.

Negesiator dari China, termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He akan bertandang ke Washington untuk melakukan perundingan, dan mengingat waktu yang tersisa hanya 2 hari dari sekarang, pelaku pasar mulai cemas jika kedua belah pihak gagal mencapai kata sepakat. 

"Cerita utama masih tentang perundingan dagang AS - China, semua orang berfokus pada hal tersebut" kata Thierry Wizman dari Macquarie Group, melansir CNBC International.

Perang dagang AS - China tidak hanya berdampak pada bursa saham atau mata uang, tapi dampak yang lebih luas yakni melambatnya pertumbuhan ekonomi global, bahkan hingga ancaman resesi.

Isu-isu terbaru terkait perundingan dagang ini akan menjadi penggerak utama hari ini, bahkan hingga Jumat nanti. Skenarionya masih sama sama, jika bursa saham rontok, yen akan kembali berjaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas) Next Article Ketidakpastian Global Meningkat, Yen Kembali Seksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular