
Jadi, Suku Bunga Acuan The Fed Tetap, Naik, atau Turun?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 May 2019 11:30

Data terkait tenaga kerja yang dirilis menjelang akhir pekan telah memunculkan harapan bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan di AS sejatinya masih bisa dilakukan.
Sepanjang bulan April, data resmi pemerintah AS mencatat bahwa telah tercipta 263.000 lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian, jauh di atas konsensus yang sebanyak 181.000 saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Pada bulan Maret, penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian tercatat sebanyak 189.000.
Sementara itu, tingkat pengangguran turun ke level 3,6% dari yang sebelumnya 3,8%, di mana hal tersebut merupakan titik pengangguran terendah sejak 1969.
Sebagai informasi, dalam pengambilan keputusannya The Fed memperhatikan dua indikator utama yakni pasar tenaga kerja dan inflasi. Data penciptaan lapangan kerja dan tingkat pengangguran yang menggembirakan sejatinya bisa menimbulkan ekspektasi bahwa The Fed akan terdorong untuk mengubah stance-nya, dari yang saat ini cenderung mempertahankan suku bunga acuan menjadi mengerek naik.
Namun, yang menjadi pembeda adalah kenaikan tingkat upah yang lemah. Pada bulan April, rata-rata upah per jam di AS hanya naik 0,2% secara bulanan, di bawah konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,3%, dilansir dari Forex Factory.
Dengan kenaikan upah yang lemah, maka tingkat inflasi (yang merupakan dasar pertimbangan The Fed lainnya dalam mengambil keputusan) juga akan sulit terkerek naik. Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi adalah 2%. Per Maret 2019, pertumbuhan Core PCE Price Index baru sebesar 1,6%, masih cukup jauh di bawah target The Fed.
Sebagai informasi, kali terakhir pertumbuhan Core PCE Price Index mencapai 2% atau sesuai dengan target The Fed adalah pada Desember 2018 silam. Seiring dengan lemahnya pertumbuhan upah yang pada akhirnya bisa menyebabkan inflasi terus jinak, opsi pemangkasan tingkat suku bunga acuan kini nampak kembali ke atas meja.
Bagi pasar keuangan Indonesia pekan depan, hal ini tentu menjadi kabar baik: pasar saham, pasar obligasi, dan rupiah akan memiliki ruang untuk membukukan penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
Sepanjang bulan April, data resmi pemerintah AS mencatat bahwa telah tercipta 263.000 lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian, jauh di atas konsensus yang sebanyak 181.000 saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Pada bulan Maret, penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian tercatat sebanyak 189.000.
Sementara itu, tingkat pengangguran turun ke level 3,6% dari yang sebelumnya 3,8%, di mana hal tersebut merupakan titik pengangguran terendah sejak 1969.
Namun, yang menjadi pembeda adalah kenaikan tingkat upah yang lemah. Pada bulan April, rata-rata upah per jam di AS hanya naik 0,2% secara bulanan, di bawah konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,3%, dilansir dari Forex Factory.
Dengan kenaikan upah yang lemah, maka tingkat inflasi (yang merupakan dasar pertimbangan The Fed lainnya dalam mengambil keputusan) juga akan sulit terkerek naik. Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi adalah 2%. Per Maret 2019, pertumbuhan Core PCE Price Index baru sebesar 1,6%, masih cukup jauh di bawah target The Fed.
Sebagai informasi, kali terakhir pertumbuhan Core PCE Price Index mencapai 2% atau sesuai dengan target The Fed adalah pada Desember 2018 silam. Seiring dengan lemahnya pertumbuhan upah yang pada akhirnya bisa menyebabkan inflasi terus jinak, opsi pemangkasan tingkat suku bunga acuan kini nampak kembali ke atas meja.
Bagi pasar keuangan Indonesia pekan depan, hal ini tentu menjadi kabar baik: pasar saham, pasar obligasi, dan rupiah akan memiliki ruang untuk membukukan penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular