Ada Apa Ini? Sudah 9 Hari Rupiah Melemah Terus

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 May 2019 17:44
Sentimen Domestik tak Mendukung, Harga Miyak Menyelamatkan
Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)
Di sisi lain, sentimen-sentimen dari dalam negeri malah cenderung membebani rupiah. Kemarin, tingkat inflasi Indonesia bulan April diumumkan sebesar 0,44% secara month-on-month (MoM) dan 2,83% year-on-year (YoY). Angka tersebut lebih tinggi dibanding ekspektasi pelaku pasar. Berdasarkan polling CNBC Indonesia, pelaku pasar memprediksi inflasi April hanya 0,3% MoM dan 2,66% YoY.
Inflasi yang cenderung tinggi di bulan April ini membuat investor khawatir akan daya beli konsumen ke depannya. Pasalnya biasanya pada bulan Ramadan (yang jatuh pada bulan Mei) inflasi akan lebih tinggi lagi. Alhasil saham-saham emiten barang konsumsi banyak dilego investor asing.


Pada hari ini investor asing melakukan jual bersih atas saham PT Unilever Indonesia (UNVR) sebesar Rp 42,86 miliar, PT H. M. Sampoerna (HMSP) sebesar Rp 16,95 miliar, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) sebesar Rp 15,85 miliar.
Membuat indeks sektor barang konsumsi anjlok hingga 0,93% hari ini.
Selain itu, capaian Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor riil kuartal I-2019 juga tidak bisa dibilang bagus karena hanya sebesar Rp 107,9 triliun atau turun 0,9% YoY. Padahal pada kuartal I-2018, pertumbuhan PMA sebesar 12,3% YoY.
Lagi-lagi, tanpa adanya asupan modal asing yang memadai, rupiah makin tak dilirik oleh investor. Pasalnya aliran dana masuk lah yang hingga kini dapat menopang nilai tukar rupiah.
Namun setidaknya hari ini harga minyak sudah mulai bersahabat dan dapat sedikit memberi dorongan ke atas bagi rupiah.
Hingga akhir perdagangan pasar spot (16:00 WIB), harga minyak jenis Brent terkoreksi 0,71% ke posisi US4 70,25/barel, setelah anjlok hingga 1,98% sehari sebelumnya. Begitu pula dengan harga minyak light sweet (WTI) yang turun 0,49% menjadi US$ 61,51/barel, setelah terjun 2,81% kemarin.
Dalam sepekan harga minyak Brent dan WTI sudah turun masing-masing sebesar 2,63% dan 2,83%.
Penyebabnya adalah stok minyak di AS yang melonjak hingga 9,9 juta barel di minggu yang berakhir pada 26 April 2019. Dampaknya, stok minyak AS menyentuh posisi 470,6 juta barel atau tertinggi sejak September 2017. Produksi minyak AS juga kembali menembus rekor menjadi 12,3 juta barel/hari.


Koreksi harga minyak menjadi berkah bagi rupiah karena dapat membuat neraca transaksi berjalan (current account) menjadi lebih sehat. Ini menjadi logis karena hingga saat ini Indonesia masih menjadi net-importir minyak untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Bila harga minyak bisa ditekan, maka defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD) yang sudah membengkak pada akhir tahun 2018 bisa dikurangi, sehingga rupiah punya ruang gerak yang lumayan untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular