Ambruk 1,37% & Asing Kabur, Koreksi IHSG Paling Parah di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2019 12:17
Ambruk 1,37% & Asing Kabur, Koreksi IHSG Paling Parah di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,12%, koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi sangat dalam per akhir sesi 1. IHSG ambruk hingga 1,37% ke level 6.286,85. IHSG kini berada di titik terendahnya sejak 9 Januari silam. Pada perdagangan kemarin (2/5/2019), IHSG juga anjlok lebih dari 1%, yakni sebesar 1,25%.

Sejatinya, mayoritas indeks saham kawasan Asia memang ditransaksikan di zona merah pada hari ini. Namun, koreksi yang dialami IHSG menjadi yang paling dalam. Pada saat yang sama, investor asing di bursa saham domestik membawa keluar dana atau membukukan net sell Rp 339,8 miliar.



Kinclongnya data ekonomi AS membuat pelaku pasar saham Asia ketar-ketir. Kemarin, pemesanan barang dari pabrikan di AS periode Maret 2019 diumumkan tumbuh hingga 1,9% secara bulanan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1% saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Pada bulan Februari, pemesanan barang dari pabrikan di AS terkontraksi sebesar 0,3%.

Lantas, ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi semakin memudar. Sebelumnya, The Fed memang sudah memberi sinyal kuat bahwa pemangkasan suku bunga acuan tak akan dilakukan tahun ini.

Pasca mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%, pada hari Rabu (1/5/2019) waktu setempat, Gubernur The Fed Jerome Powell mengeluarkan pernyataan yang jauh dari nada dovish.

"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.

"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.

Padahal di tengah berbagai risiko yang menyelimuti perekonomian dunia seperti perang dagang AS-China, perang dagang AS-Uni Eropa, dan Brexit, pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed menjadi sesuatu yang diidam-idamkan pelaku pasar.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 2 Mei 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini tinggal tersisa 36,9%, dari yang sebelumnya 40,1% pada tanggal 1 Mei. Pada bulan lalu, probabilitasnya sempat mencapai 41%.

Di sisi lain, probabilitas tingkat suku bunga acuan ditahan di level 2,25%-2,5% berada di level 51,6%, melonjak dari posisi sehari sebelumnya yang hanya 38,6%.
Lebih lanjut, damai dagang AS-China yang masih memerlukan waktu ikut membuat investor melego saham-saham di Benua Kuning. Pada hari Selasa (30/4/2019), delegasi AS menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.

Selepas pertemuan berlangsung, ada kabar positif yang beredar. Beberapa orang sumber mengatakan kepada CNBC International bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari ini juga.

Selain itu, kantor berita Politico melaporkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan membuat AS mencabut bea masuk sebesar 10% yang dibebankan kepada US$ 200 miliar produk impor asal China. Sementara itu, bea masuk senilai 25% terhadap produk impor asal Negeri Panda senilai US$ 50 miliar akan tetap dipertahankan hingga selepas pemilihan presiden tahun 2020.

Namun, optimisme bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari ini juga kini sirna. Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan memutuskan selepas negosiasi dagang pekan depan terkait apakah keduanya akan bertemu untuk menyegel kesepakatan dagang.

Bahkan, kantor media milik Partai Komunis China menulis di kolom analisis bahwa banyak pengamat yang berpikir negosiasi dagang AS-China sudah menemui jalan buntu, seiring dengan sedikitnya detil yang sampai ke telinga media terkait dengan pertemuan pekan ini.

Lantas, ada kemungkinan bahwa damai dagang AS-China justru tak akan tercapai. Jika ini yang terjadi, maka balas-membalas bea masuk antar kedua negara akan semakin tereskalasi dan semakin menyakiti laju perekonomian masing-masing. Secara sektoral, sektor jasa keuangan yang anjlok 1,34% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG. Sektor jasa keuangan anjlok seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank BUKU 4: harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 2,12%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,92%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,65%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,44%.

Saham-saham bank besar di tanah air menjadi sasaran jual investor lantaran kinerja rupiah yang begitu memprihatinkan. Dibuka melemah 0,04% di pasar spot, depresiasi rupiah telah mencapai 0,18% ke level Rp 14.270/dolar AS hingga siang hari.

Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menjadi hari ke-9 secara beruntun di mana rupiah tak pernah mencetak apresiasi. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.



Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu ada kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank besar akan terkerek naik dan menekan profitabilitas mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular